REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Tayangan Payitaht: Abdülhamid di sesi ketiga episode 32 atau 86 secara keseluruhan yang disiarkan televisi pemerintah Turki, TRT, menampilkan sosok Sultan Abdul Hamid II (berkuasa pada 31 Agustus 1876–27 April 1909) yang mengumpulkan tujuh Pasha atau menteri yang membantu tugasnya dalam menjalankan pemerintahan Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire. Sultan ke-43 Kekhalifahan Utsmaniyah tersebut meminta laporan terkini yang terjadi di masyarakat kepada semua pasha tentang datangnya bulan Ramadhan.
Film Payitaht: Abdülhamid yang sekarang memasuki sesi kelima dengan 108 episode ini, diangkat berdasarkan catatan harian Sultan Abdul Hamid yang mengendalikan pemerintahannya dari Istana Yildiz di Konstantinopel atau sekarang disebut Istanbul. Bahkan, keturunan langsung Abdul Hamid, yaitu Orhan Osmanuglu ikut dilibatkan dalam pembuatan film ini agar sesuai dengan sejarah yang sebenarnya.
Refik Pasha yang bertugas sebagai kepala kepolisian atau keamanan Kekhalifahan Utsmaniyah melaporkan kepada Sultan Abdul Hamid masalah yang berhasil dikumpulkan dari anak buahnya. "Sultanku ada keluhan dari warga non-Muslim," katanya.
"Apakah tentang makanan, Pasha?" kata Sultan.
"Benar Sultanku," ucap Refik.
"Kau ingatkan warga non-Muslim kita agar lebih peka saat makan di dekat warga Muslim. Di bulan Ramadhan, mereka tidak boleh menyiksa orang Muslim yang sedang berpuasa dengan makan di tempat umum. Meskipun itu hak mereka, ingatkan bahwa menghormati seseorang yang beribadah juga merupakan bagian dari ajaran agama mereka," kata Sultan Abdul Hamid menekankan jajarannya untuk mengatasi masalah tersebut.
"Baik Sultanku," jawab Revik.
"Habiskan waktu di masjid, beribadah lah, dan baca Alquran. Dengan sedikit menaikkan jam kerja para petugas kita, sempatkan lah untuk pergi ke masjid dan dirikan shalat," kata Sultan berpesan kepada semua Pasha. "Jauhi apa pun yang bisa menggangu warga dan kedamaian, seperti kembang api dan petasan," lanjut Sultan.
"Pasha apakah ada yang menaikkan harga (barang) yang telah ditetapkan di bulan Ramadhan?" kata Sultan kepada Revik.
"Tidak Sultanku. Seperti yang kau ketahui, harga-harga yang telah ditetapkan sebelum Ramadhan, akan tetap stabil hingga selepas Ramadhan," jawab Revik.
"Jangan biarkan orang mengambil kesempatan di bulan Ramadhan," begitu pesan Sultan kepada para pejabat kepercayaannya di Istana Yildiz tersebut. "Tahsin Pasha, kumpulkan laporan tentang hal itu," ucap Sultan memberi perintah kepada orang paling dipercayainya di pemerintahan itu.
Sultan menambahkan, "Ada hal penting Pasha, ketika para pemain drum Ramadhan, membunyikan drum mereka melewati waktu sahur, mereka harus berhati-hati ketika melewati lingkungan non-Muslim. Mereka tak boleh membunyikan drum mereka. Mereka tak boleh mengganggu warga non-Muslim kita."
Mahmud Pasha pun menukas, "Mari berikan catatan kepada para pemain drum, Sultanku."
Revik menuturkan, "Sultanku, banyak bisnis-bisnis yang dimiliki orang non-Muslim, menuliskan catatan di toko mereka, 'Kami tutup selama Ramadhan'."
"Ini lah peradaban Pasha. Seperti ini lah negara yang besar. Setiap roda seperti mesin yang sepadan. Seperti warga Muslim yang menghormati kebebasan beribadah warga non-Muslim. Warga non-Muslim juga menghormati kebebasan beribadah warga Muslim. Kita tak akan terpecah-belah sebagai sebuah bangsa, kecuali kita kehilangan nilai-nilai ini, Insya Allah," kata Sultan.
Kompak ketujuh Pasha menjawab, "Insya Allah."
Sultan pun memberi pesan terakhir kepada Ismail Hakki Bey, menteri yang mengurusi bidang pendidikan. "Jangan lupakan pelajaran perdamaian. Undang lah beberapa ulama."
"Baik Sultanku," kata Ismail Hakki Bey.
Tahsin Pasha ikut berkomentar, "Diskusi ini harus dicetak dalam surat kabar sebagai catatan Ramadhan. Biarkan rakyat kita tahu bahwa kita peduli dengan kedamaian Ramadhan mereka."
Sultan mengiyakan saran tersebut dan menegaskan, "Mereka yang tidak mengikuti perintah ini akan dihukum."
"Jadikan lah Ramadhan berlalu dengan kebaikan dan kedamaian," begitu pesan Sultan sebagai penutup.