REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kembali dirundung duka setelah kehilangan penyanyi campursari fenomenal Didi Kempot, Selasa (5/5). Didi Kempot dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung mendadak.
Menurut Sekjen Pengurus Besar (PB) Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Eka Ginanjar, apa yang terjadi pada Didi Kempot sulit untuk dipastikan karena ia tidak tahu pasti kronologi kejadian.
"Tapi dari berita yang tadi dibagi sepertinya memang mendadak sekali, dan kondisi saat sampai ke rumah sakit (RS) sudah henti jantung artinya jantung sudah tidak memompa dengan baik, apakah itu betul-betul berhenti atau memang sedang mengalami aritmia mematikan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/5).
Lebih lanjut ia menyebutkan kematian Didi kemungkinan memang akibat serangan jantung yang mengakibatkan terjadinya aritmia mematikan atau memang berhenti degup jantung.
Menurut Eka kematian mendadak tanpa keluhan sebelumnya dinamakan suddent death dan kalau disebabkan oleh jantung disebut Suddent Cardiac Death (SCD). Kematian mendadak tanpa keluhan ini, kata ia, memang mayoritas disebabkan oleh masalah jantung. "SCD banyak disebabkan oleh gangguan irama jantung yang fatal. Kami menyebutnya Aritmia," katanya.
Ia menambahkan, aritmia bisa disebabkan kelainan di kelistrikan jantung biasanya pada usia muda tanpa faktor risiko. Penyebab lain adalah kerusakan otot jantung atau kelistrikan jantung karena serangan jantung.
Kemudian, ia menyebutkan kematian karena gangguan irama jantung ini banyak disebabkan oleh gangguan proses kelistrikan jantung yang bisa merupakan kelainan bawaan yang tidak disadari sebelumnya. Tetapi ini biasanya terjadi pada orang usia muda.
Sementara pada usia tua, ia menyebutkan biasanya ada faktor penyakit lain termasuk serangan jantung baik baru maupun lama. Kendati demikian, ia menegaskan aritmia berbeda dengan serangan jantung.
Artinya serangan jantung biasanya didahului dengan nyeri dada yang khas kemudian baru mengalami henti jantung. Sementara itu, ia menyebutkan kondisi serangan jantung ini bisa menimbulkan aritmia mematikan yang menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
"Kalau SCD biasanya langsung 'ngejeplak' tidak sadar dan henti jantung," ujarnya.
Meski berbeda, ia menyebutkan untuk membuktikannya agak sulit kecuali dilakukan autopsi. Namun pihak rumah sakit pasti melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) jika detak berhentik.
Petugas akan memompa denganditekan-tekan dadanya dan diberikan bantuan nafas serta diberikan beberapa obat emergensi seperti yang sering dilihat di film-film. Lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gangguan jantung, ia menyarankan setiap individu harus kontrol faktor risiko, seperti diabetes mellitus, darah tinggi, kolesterol atau yang berkaitan dengan perilaku seperti merokok hingga mengenali faktor keturunan.
Yang juga tak kalah penting, dia menambahkan, masyarakat juga diminta rutin melakukan cek kesehatan (medical check up) untuk mengetahui kondisi tubuh. "Seberapa rutin ya tergantung kondisinya. Kalau tidak ada keluhan ya setahun sekali saja," katanya.
Penyanyi campursari kondang asal Solo, Didi Kempot, meninggal dunia hari ini, Selasa (5/5), pukul 07.45 WIB di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah. Penyanyi yang dijuluki The Godfather of Broken Heart ini meninggal dunia di usia 53 tahun.