Selasa 12 May 2020 03:57 WIB

Kewajiban Memasang Sutrah Pembatas Saat Sholat

Nabi Muhammad menggunakan sutrah atau pembatas dalam sholatnya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Kewajiban Memasang Sutrah Saat Sholat.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Kewajiban Memasang Sutrah Saat Sholat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggunakan sutrah atau pembatas dalam sholatnya. Hal ini juga digunakan agar setan tidak memutuskan sholat seorang hamba.

Dikutip dari buku Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, dalam hadits riwayat al-Bukhari disebutkan, Rasulullah berdiri dekat dengan sutrah. Jarak antara posisi beliau berdiri dengan tembok pembatas adalah tiga hasta. Sedangkan jarak antara tempat sujud beliau dengan tembok pembatas selebar lintasan seekor kambing.

Baca Juga

Rasulullah bersabda: "Janganlah kalian sholat melainkan dengan menghadap sutrah, dan jangan biarkan seorang pun lewat di hadapanmu. Apabila ia tetap ingin melintas, maka lawanlah ia, karena ia bersama qarin (setan)," hadits riwayat Ibnu Khuzaimah.

Beliau juga bersabda: "Apabila salah seorang kalian sholat menghadap sutrah, maka hendaklah ia mendekat kepada sutrah itu, sehingga setan tidak dapat memutuskan shalatnya", hadits riwayat Abu Dawud.

Nabi terkadang mencari-cari tempat untuk sholat menghadap tiang yang ada di masjidnya. Disebutkan, sutrah merupakan hal yang wajib bagi imam sholat dan orang yang sholat sendirian, meskipun ia sholat dalam masjid yang besar.

"Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sholat (di tempat terbuka, yang tidak ada sesuatu untuk dijadikan sutrah), maka beliau menancapkan tongkat di hadapannya, kemudian beliau sholat menghadapnya dan orang-orang sholat di belakang beliau," hadits riwayat al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah. Dalam hadits riwayat al-Bukhari dan Ahmad, terkadang, beliau melintangkan hewan tungganganya di hadapannya lalu beliau sholat menghadap hewan tersebut.

Perbuatan ini tidak termasuk sholat di kandang unta, karena Nabi melarang sholat di kandang unta. Terkadang Nabi Muhammad mengambil pelana dan menegakkannya di hadapannya, lalu beliau sholat menghadap bagian ujung pelana.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement