Selasa 12 May 2020 10:11 WIB

Ilmuwan Temukan Cairan Molekul Tertua di Tata Surya

Ilmuwan menemukan endapan air dari sampel asteroid berusia 4,5 miliar tahun.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Asteroid/ilustrasi
Foto: EPA
Asteroid/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok ilmuwan internasional menggunakan teknik canggih untuk memetakan masing-masing atom dalam mineral yang terbentuk dalam cairan pada asteroid 4,5 miliar tahun yang lalu. Penelitian ini dipimpin oleh para peneliti dari Royal Ontario Museum (ROM) dan rekan penulis dari McMaster University dan York University.

Ilmuwan mempelajari meteorit Danau Tagish yang menjadi ikon ROM. Para ilmuwan menggunakan tomografi probe-atom, sebuah teknik yang mampu mencitrakan atom dalam 3D, untuk menargetkan molekul di sepanjang batas dan pori-pori di antara butiran magnetit yang kemungkinan terbentuk di kerak asteroid.

Baca Juga

Di sana, mereka menemukan endapan air yang tersisa di tempat mereka melakukan penelitian terobosan. "Kami tahu air berlimpah di tata surya awal, tetapi ada sedikit bukti langsung dari kimia atau keasaman cairan ini. Meskipun mereka sangat penting untuk pembentukan awal dan evolusi asam amino dan, pada akhirnya, kehidupan mikroba," kata penulis utama Dr. Lee White, rekan postdoctoral Hatch di ROM, dilansir di Science Daily, Selasa (12/5).

Penelitian skala atom baru ini memberikan bukti pertama dari cairan yang kaya akan natrium dan basa tempat terbentuknya magnetit framboid. Kondisi cairan ini lebih disukai untuk sintesis asam amino. Ini membuka pintu bagi kehidupan mikroba untuk terbentuk pada awal 4,5 miliar tahun yang lalu.

"Asam amino adalah 'blok bangunan' penting kehidupan di Bumi. Namun kita masih harus banyak belajar tentang bagaimana mereka pertama kali terbentuk di tata surya kita," kata Beth Lymer, mahasiswa PhD di Universitas York dan penulis pendamping penelitian ini.

Menurutnya, semakin banyak variabel yang dapat kita batasi, seperti suhu dan pH, memungkinkan kita untuk lebih memahami sintesis dan evolusi molekul yang sangat penting ini menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai kehidupan biotik di Bumi.

Sampel ini diambil dari lapisan es di Danau Tagish pada tahun 2000 SM. Ilmuwan mengasumsikan sampel yang digunakan oleh tim tidak pernah di atas suhu kamar atau terkena air cair. Ini memungkinkan para ilmuwan untuk dengan yakin menghubungkan cairan yang diukur dengan asteroid induk.

Dengan menggunakan teknik-teknik baru, seperti tomografi penyelidikan atom, para ilmuwan berharap untuk mengembangkan metode analitis untuk bahan-bahan planet yang dikembalikan ke Bumi dengan pesawat ruang angkasa.

"Atom probe tomography memberi kita kesempatan untuk membuat penemuan fantastis pada potongan-potongan material seribu kali lebih tipis dari rambut manusia," kata White.

"Misi luar angkasa terbatas untuk membawa kembali sejumlah kecil material, yang berarti teknik ini akan sangat penting untuk memungkinkan kita memahami lebih lanjut tentang tata surya sementara juga melestarikan material untuk generasi mendatang." ucap dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement