Jumat 15 May 2020 02:12 WIB

Wapres Taiwan Tuding WHO Ikuti Agenda Politik China

Taiwan hingga saat ini belum terlibat pertemuan anggota di WHO.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Logo WHO
Foto: Ist
Logo WHO

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Wakil Presiden Taiwan, Chen Chien-jen menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak profesional karena sampai saat ini WHO belum memperbolehkan negaranya menjadi anggota. Dia menilai WHO mengikuti agenda politik China.

Menurut Chien-jen, WHO bekerja sama dengan China untuk memastikan Taiwan tidak dilibatkan dalam pertemuan apapun. Dia juga mengatakan, WHO bahkan enggan memberikan informasi soal corona ke Taiwan.

Baca Juga

"Sayangnya, karena alasan politik, 23 juta orang Taiwan menjadi anak yatim dalam sistem kesehatan global," katanya kepada wartawan di kantor kepresidenan di Taipei seperti dikutip laman Channel News Asia, Kamis (14/5).

"WHO terlalu memperhatikan politik dan melupakan profesionalisme dan netralitas mereka. Ini sangat disesalkan," ujarnya menambahkan.

WHO dan China membantah keras tuduhan itu. Keduanya mengatakan Taiwan telah diberi semua bantuan yang diperlukan, tetapi hanya China yang memiliki hak untuk sepenuhnya mewakilinya di WHO. Taiwan memang belum menjadi bagian dari WHO karena larangan dari China.

China menganggap Taiwan bukan negara mandiri, namun bagian darinya. Oleh karena itu, menurut China, Taiwan tidak memiliki legitimasi untuk bergabung dengan WHO. China khawatir posisi Taiwan akan makin kuat jika diakui internasional sebagai negara yang mandiri.

Saat wabah virus corona meledak, Taiwan muncul sebagai salah satu negara yang berhasil bertahan mengalahkan virus. Hingga Rabu (14/5) pun mereka hanya memiliki 440 kasus dan 7 korban meninggal. Prestasi itu membuat banyak negara membujuk WHO untuk mengikutkan Taiwan, tak terkecuali Amerika Serikat (AS). Namun, China menganggap semua dukungan itu beragenda politis untuk menyudutkan negeri tirai bambu.

Chien-jen, seorang ahli epidemiologi yang dilatih AS, mengatakan WHO telah menempatkan politik di atas kesehatan. Namun dia mengatakan, WHO telah melakukan pekerjaan yang baik dan berkontribusi pada kesehatan dunia di masa lalu, rekornya tentang virus belum sebaik ini.

"Tentang radang paru-paru Wuhan, kami kebanyakan mengkritik mereka karena bertindak terlalu lambat," katanya merujuk pada kota China, Wuhan tempat virus itu pertama kali muncul akhir tahun lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia untuk menginfeksi 4,3 juta orang dan membunuh 295 ribu orang.

Chen adalah menteri kesehatan Taiwan selama krisis SARS 2002-2003. Dia mengatakan dunia perlu berhati-hati dengan jumlah virus China, dan mendesak Beijing untuk lebih transparan. Meskipun, dia berharap China baik dalam pertarungannya melwawan virus.

"Di sini saya memberikan berkah kepada mereka dan berharap mereka dapat mengatasi pneumonia Wuhan sedini mungkin dan menghindari gelombang kedua," kata Chien-jen.

Di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian mengatakan dasar Taiwan untuk berpartisipasi dalam WHO dirusak oleh penolakan Partai Progresif Demokratik yang berkuasa untuk mengakui bahwa pulau itu adalah bagian dari China.

"Tidak ada dasar hukum untuk "wilayah non-kedaulatan" untuk berpartisipasi sebagai pengamat," kata Zhao.

AS telah berulang kali berselisih dengan China atas penolakannya untuk mengizinkan Taiwan akses penuh ke badan tersebut, membantu lebih lanjut memicu ketegangan antara Washington dan Beijing. Penghitungan 440 infeksi virus Taiwan dan tujuh kematian jauh lebih rendah daripada banyak negara tetangganya, berkat upaya pencegahan dini dan efektif, serta sistem kesehatan masyarakat yang efisien.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement