REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menekankan agar seluruh elemen tidak saling menyalahkan dalam memerangi dan menghadapi pandemi Covid-19. Tito mengatakan, semua pihak baik itu pemerintah pusat dan daerah mesti saling belajar dari pengalaman negara lain, apa kelebihan yang bisa diambil dan kekurangan yang bisa dipelajari.
"Ada dua hal yang ingin saya sampaikan, tekankan, dalam konteks saya menyampaikan pandemi terluas di dunia dan wabah terluas di Indonesia. Artinya apa? Ini barang baru, sesuatu yang baru bagi dunia, maka tidak ada negara yang betul-betul siap menghadapi ini," kata Tito, Selasa (19/5).
Semua negara yang terjangkit Covid-19, menurut Tito, saling belajar, bahkan negara yang paling jago pun seperti Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Inggris, Jerman atau Prancis juga jadi korban. Tidak hanya itu, korban yang terjangkit wabah dan yang meninggal di negara-negara tersebut jauh lebih banyak daripada di Indonesia.
"Belajar satu sama lain dari keberhasilan dan juga dari kegagalan, karena semua mencari format. Dan yang kedua, karena ini wabah terluas dalam sejarah Indonesia modern semenjak 1945, semua provinsi saling belajar satu sama lain," katanya pula.
Mendagri juga mengingatkan bahwa krisis kesehatan akibat Covid-19 itu bisa mengarah kepada krisis multidimensi, bisa menjadi krisis kemanusiaan karena banyak yang meninggal, dan juga berdampak pada krisis keuangan.
"Kita tahu karena pembatasan-pembatasan yang terjadi, hotel-hotel, pariwisata, pabrik-pabrik tutup. Semua kegiatan melamban, memberikan pukulan ke semua negara, pertumbuhan ekonomi semua jatuh, bahkan sudah ada yang minus, kita masih dua koma sekian per hari ini," ujarnya lagi.
Sektor keuangan pun, lanjut Tito mengalami pukulan berat karena pendapatan negara berkurang drastis. Pendapatan lebih kecil sementara belanja besar, akibatnya defisit tak bisa dihindari. Karena itu, kata Tito, perlu kekompakan, saling bekerja sama dalam menangani pandemi Covid-19.