REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Perdana menteri Spanyol, Pedro Sanchez akan meminta parlemen untuk menyetujui perpanjangan lockdown dua pekan terakhir dari keadaan darurat hingga 21 Juni 2020. Setelah itu pemerintah tidak akan lagi membatasi pergerakan warga. Ini menjadi kelima kalinya Spanyol memperpanjang lockdown.
Dikutip dari reuters, Ahad (31/5), Pedro Sanchez mengatakan kepada para pemimpin pemerintah daerah selama pertemuan konferensi video bahwa ini akan menjadi penutupan terakhir. Hal itu dilakukan arena tingkat infeksi Spanyol telah berkurang secara dramatis. Jumlah korban tewas di Spanyol naik empat pada hari Sabtu menjadi 27.125. Hal ini mencerminkan penurunan kematian harian. Namun jumlah infeksi Covid-19 meningkat 271 semalam menjadi 239.228 pada hari Sabtu.
Salah satu negara yang paling terpukul oleh Covid-19, Spanyol memberlakukan keadaan darurat pada 14 Maret yang memberlakukan lockdown ketat. Di mana orang hanya bisa meninggalkan rumah mereka untuk membeli makanan, mencari perawatan medis atau untuk pekerjaan di mana mereka tidak dapat bekerja dari rumah. Awalnya anak-anak dikurung di dalam sepanjang hari dan pembatasan sekarang secara bertahap dikurangi.
Terlepas dari penentangan terhadap perpanjangan penutupan terakhir dari partai-partai di kanan dan demonstrasi di jalan-jalan di seluruh Spanyol, Sanchez membuat kesepakatan dengan partai separatis Catalan, Esquerra Republicana de Catalunya (ERC) yang seharusnya menjamin pemerintahan minoritasnya memenangkan pemilihan parlemen.
ERC, yang memiliki 13 deputi, menegaskan kembali pada Sabtu bahwa mereka akan abstain dari pemungutan suara yang akan memungkinkan pemerintah sayap kiri untuk meloloskan mosi tersebut. ERC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah memutuskan untuk abstain "Asalkan itu adalah perpanjangan terakhir dari kondisi alarm," kata seorang pejabat senior partai.