REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nike merilis sebuah iklan ajakan tidak abai terhadap rasisme pada Jumat (29/5) malam. Perusahaan manufaktur alas kaki itu meminta penonton tidak berpura-pura tak ada masalah di Amerika.
Protes terjadi di sejumlah kota karena kematian George Floyd di Minnesota, setelah seorang perwira kulit putih menekan satu lutut ke leher korban. Video sederhana yang dibagikan di Twitter berisi tulisan yang dimulai dengan kata-kata, “Untuk Sekali, Jangan Lakukan ... Jangan berpura-pura tidak ada masalah di Amerika ... Jangan berpaling dari rasisme.” Video itu langsung mendapat lebih dari 35 ribu retweet dan dua juta tampilan pada Sabtu pagi waktu setempat.
“Nike memiliki sejarah panjang dalam menentang fanatisme, kebencian, dan ketidaksetaraan dalam segala bentuk,” kata Nike dalam sebuah pernyataan tentang iklan tersebut dilansir di cnbc.com, Ahad (31/5).
Perusahaan berharap dengan membagikan video pendek itu, maka Nike dapat berfungsi sebagai katalis menginspirasi tindakan terhadap masalah yang mendalam di masyarakat. Nike mengajak semua orang untuk membantu membentuk masa depan yang lebih baik. Pesaing pakaian atletik Nike, Adidas juga membagikan video Nike itu.
Kampanye Nike “Dream Crazy” pada 2018 untuk peringatan 30 tahun “Just Do It” menampilkan mantan gelandang San Francisco 49ers, Colin Kaepernick. Pemain sepak bola yang mendapat perhatian, setelah ia mulai memprotes kebrutalan polisi terhadap orang Afrika-Amerika dengan berlutut selama lagu kebangsaan pada 2016.
Nike juga menggunakan media sosial untuk mendorong konsumen agar tetap berada di rumah selama pandemi, menggunakan titik-titik sederhana.