Senin 01 Jun 2020 18:48 WIB

Protes Meluas, Trump tak akan Ambil Kendali Garda Nasional

Pasukan Garda Nasional AS diturunkan saat protes kematian George Floyd meluas di AS.

Red: Nur Aini
 Para pengunjuk rasa berbaris di jalan selama aksi protes kematian George Floyd, Minggu, 31 Mei 2020, di wilayah Brooklyn di New York. Protes diadakan di seluruh kota atas kematian Floyd, seorang pria kulit hitam dalam tahanan polisi di Minneapolis yang meninggal setelah ditahan oleh petugas polisi
Foto: AP /Ragan Clark
Para pengunjuk rasa berbaris di jalan selama aksi protes kematian George Floyd, Minggu, 31 Mei 2020, di wilayah Brooklyn di New York. Protes diadakan di seluruh kota atas kematian Floyd, seorang pria kulit hitam dalam tahanan polisi di Minneapolis yang meninggal setelah ditahan oleh petugas polisi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Donald Trump tidak akan mengambil langkah dramatis pada saat ini dengan mengambil alih kendali Pasukan Garda Nasional. Hal itu dikatakan penasihat keamanan nasional AS pada Ahad (31/5) ketika protes berlangsung kota-kota besar Amerika Serikat setelah kematian seorang pria kulit hitam tak bersenjata dalam penangkapan polisi Minneapolis pekan lalu.

Sementara itu, sejumlah media AS melaporkan bahwa Pasukan Pengamanan Presiden sempat mengungsikan Presiden Trump ke ruang bawah tanah Gedung Putih pada akhir pekan saat aksi protes di luar Gedung Putih memanas.

Baca Juga

"Kami tidak akan melakukan federalisasi Garda Nasional saat ini. Tetapi, jika perlu, kami memiliki aset militer lebih lanjut yang dapat dikerahkan," kata Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien kepada wartawan di Gedung Putih sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan gubernur atau walikota untuk mengendalikan kota mereka."

Kerusuhan sipil meluas setelah kematian George Floyd pada Senin, yang ditunjukkan dalam video, kesulitan bernafas ketika seorang polisi kulit putih Minneapolis berlutut di lehernya. Garda Nasional mengatakan pada Ahad (31/5) bahwa 5.000 tentara dan penerbang telah diaktifkan di 15 negara bagian dan Washington, D.C., tetapi "negara bagian dan lembaga penegak hukum setempat tetap bertanggung jawab atas keamanan."

Langkah presiden untuk mengambil-alih pasukan Garda Nasional jarang terjadi. Hal itu hanya terjadi sekitar 12 kali sejak pertengahan 1900-an, sebagian besar selama era Hak Sipil tahun 1960-an, menurut kantor pers Garda Nasional.

Pasukan Garda Nasional tidak dilibatkan dalam penanganan protes setelah kematian pria kulit hitam lainnya dalam beberapa tahun terakhir di Ferguson, Missouri, dan Baltimore.

Jenderal Kepala Administratif Garda Nasional Minnesota, Jon Jensen mengatakan pasukannya telah dipersenjatai setelah deteksi FBI tentang adanya "ancaman mematikan yang kredibel" secara khusus terhadapnya.

Jensen memberi tahu Gubernur Minnesota Tim Walz tentang ancaman itu, yang FBI informasikan kepada Garda Nasional pada Kamis. Walz menyetujui mempersenjatai Garda Nasional. Jensen mengatakan tentara membawa amunisi di kotak senjata, bukan di senjata api.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement