Jumat 05 Jun 2020 20:40 WIB

Dua Napi Asimilasi Mengaku Polisi Diringkus di Temanggung

Mengaku-ngaku polisi, kedua napi asimilasi memeras dan menipu tiga korban.

Borgol. Ilustrasi
Foto: Antara/Zabur Karuru
Borgol. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Dua narapidana asimilasi diringkus polisi Temanggung, Jawa Tengah, karena melakukan pemerasan dan penipuan. Pelaku AS (32) dan WL (38) bahkan mengaku-ngaku sebagai polisi saat melakukan aksinya.

Kapolres Temanggung AKBP Muhamad Ali di Temanggung, Jumat (5/6), menjelaskan bahwa kedua pelaku itu ketika melakukan pemerasan dan/atau penipuan melibatkan DN (40) yang kini masih di dalam Rutan Temanggung.

Ia menyebutkan ada tiga orang yang menjadi korban pemerasan tersebut, yakni Istarom warga Desa Ngemplak Kecamatan Kandangan, Taat Budi Prasetyo juga warga Ngemplak, Kandangan, dan Tahmid warga Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan.

Kapolres menjelaskan kronologi kejadian awalnya saat ketiga tersangka masih menjadi narapidana di Rutan Temanggung, DN memberitahukan kepada WL dan AS apabila nanti keluar rutan agar mengerjai tetangga DN dengan cara mengaku sebagai polisi dan meminta sejumlah uang.

Setelah AS dan WL keluar rutan dalam rangka asimilasi, keduanya mengaku sebagai polisi mendatangi para korban satu per satu dengan membawa surat target operasi berkop garuda. Pelaku mengatakan kepada para korban bahwa mereka pernah menerima sepeda motor bodong dari DN.

Para korban sebenarnya tidak mengakui. Akan tetapi, karena diancam oleh kedua tersangka akan dibawa ke polres dan akan ditembak, mereka ketakutan. "Kedua tersangka lantas meminta sejumlah uang kepada para korban," katanya.

Dari pemerasan dan penipuan tersebut, kata Ali, korban Istikarom membayar Rp 4 juta dari Rp 5 juta yang diminta, kemudian korban Taat Budi Prasetyo membayar Rp 3 juta dari Rp 5 juta yang diminta, dan korban Tahmid dari kesanggupan membayar Rp 3,5 juta baru memberikan Rp 1,7 juta dari Rp 6 juta yang diminta tersangka.

Tersangka AS dan WL mengaku sebagai anggota Polri meminta uang kepada korban dengan mengatakan bahwa korban telah melakukan kesalahan, bahkan mereka akan menangkap korban.

"Dalam kasus ini, DN sebagai orang yang memberikan petunjuk kepada para tersangka untuk melakukan tindak pidana tersebut serta menerima bagian uang hasil kejahatan," kata Kapolres.

Setelah menerima laporan, tim Satreskrim Polres Temanggung melakukan penyelidikan, kemudian mendapat informasi bahwa kedua tersangka adalah pelaku pemerasan dan/atau penipuan.

Selanjutnya, pihaknya melakukan klarifikasi terhadap pelaku. AS dan WL mengaku mendapatkan ide tersebut dari DN yang berada di Rutan Temanggung.

Polisi menyita sejumlah barang bukti dalam kasus tersebut, yakni selembar surat target operasi (TO) dengan beberapa nama, termasuk nama korban, sebuah catatan milik DN yang diberikan kepada WL yang berisi target orang yang akan dilakukan pemerasan dan/atau penipuan, dan catatan kunjungan Rutan Temanggung.

Kedua tersangka dijerat dengan Pasal 368 KUHP dan/atau Pasal 378 KUHP tentang pemerasan dan/atau penipuan dengan ancaman hukuman penjara untuk pemerasan maksimal 9 tahun dan untuk penipuan maksimal 4 tahun.

"Kedua tersangka akan dikembalikan lagi ke Rutan Temanggung untuk menjalani sisa hukuman sebelumnya," katanya.

Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP M. Alfan Armin menjelaskan bahwa tersangka AS merupakan residivis kasus curanmor roda empat, sedangkan tersangka WL adalah residivis kasus curanmor roda dua. Keduanya keluar dari Rutan Temanggung untuk menjalani asimilasi mulai 20 Mei 2020.

Sementara itu, DN masih berada di dalam Rutan Temanggung terkait dengan kasus penadahan sepeda motor.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement