REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China memperingatkan kalangan pelajar dan mahasiswa di negaranya agar mempertimbangkan kembali untuk mengambil studi di Australia. Hal itu karena serangkaian insiden diskriminasi terhadap warganya.
Dilaporkan laman the Guardian, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa (9/6) Kementerian Pendidikan China mengatakan siswa yang hendak menempuh pendidikan di luar negeri harus melakukan penilaian risiko yang baik. Sementara mereka yang memilih atau kembali ke Australia diperingatkan agar berhati-hati.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan laporan tentang adanya peningkatan serangan diskriminasi terhadap warganya bukan sebuah klaim yang dibuat-buat oleh negaranya. Dia menyebut negaranya memiliki bukti komprehensif.
“Sebagai contoh, beberapa politisi dan media Australia menyebut virus corona 'virus China' dan dengan jahat mengubah beberapa elemen pada bendera dan lambang nasional China. Banyak orang China di Australia dihina atau bahkan diserang,” kata Hua dalam sebuah konferensi pers pada Senin (8/6), dikutip laman resmi Kemlu China.
Dia mengungkapkan banyak properti dan bangunan milik warga China dan keturunan Asia di Australia dirusak. Mereka diperlakukan secara tidak adil di tempat bekerja. “Di Sydney, Melbourne, Brisbane, Perth, dan kota-kota Australia lainnya telah ada grafiti rasialis terhadap orang China,” ujarnya.
Hua menjelaskan menurut Komisi Hak Asasi Manusia Australia, pada kuartal pertama 2020 ratusan orang Asia mengajukan pengaduan diskriminasi ras. “Pemerintah China bertanggung jawab dalam mengingatkan warganya untuk membuat rencana perjalanan yang tepat dan melindungi diri mereka dari bahaya,” ucapnya.
Hubungan China dan Australia mulai memanas setelah Australia menyerukan serta mendukung adanya penyelidikan independen tentang asal-usul pandemi Covid-19. Beijing menandang hal itu sebagai tindakan politis untuk menyudutkan negaranya.