Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Mimpi Huawei untuk menjadi pembuat smartphone terbesar di dunia pada tahun 2020 tampaknya harus pupus. Huawei mengungkap mimpinya dua tahun lalu dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Tahun belum berakhir, tetapi tujuan itu belum terwujud, dan jalan di depan terlihat bergelombang. Sejak kepala bisnis konsumernya, Richard Yu, menetapkan tujuannya untuk perusahaan pada akhir 2018, AS telah meningkatkan tekanannya pada Huawei dan mengancam akan memutus komponen dan perangkat lunak utama.
Baca Juga: Tanggapi Inggris yang Masih Kaji Keputusan Soal Huawei, Dubes China: Kami Uji Kesetiaan Inggris
Langkah tersebut jelas berdampak besar pada bisnis Huawei. Dilansir di CNBC di Jakarta, Selasa (9/6/2020) meskipun Huawei relatif lebih muda dari saingannya yakni Samsung dan Apple, harus diakui bahwa pertumbuhan Huawei cepat naik untuk menjadi pemain smartphone terbesar kedua di dunia. Meski masih belum berhasil menyalip Samsung.
Serangkaian langkah oleh pemerintahan AS yang dikomandoi Presiden Donald Trump telah merugikan Huawei. Saat perusahaan berupaya untuk mempertahankan peringkat nomor dua di seluruh dunia, mereka juga harus pada China dan pasar negara berkembang lainnya.
Sementara di lain sisi mereka juga harus kehilangan pangsa di beberapa wilayah penting di seluruh dunia, hal itu berdasarkan data yang diberikan kepada CNBC. Ambisi globalnya telah terluka dalam prosesnya.
Hingga kini, Huawei masih enggan berkomentar.