REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin
Orang yang takut kepada Allah SWT akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Muluk/67: 12). Menurut pengarang Tafsir Jalalain, ampunan dan pahala yang besar adalah surga.
Dalam bahasa Arab, takut kepada Allah SWT adalah “khasyyah”, sedangkan takut kepada selain-Nya adalah “khauf”. Sementara itu ketika dilafalkan dalam bahasa kita, baik ketika takut kepada Allah ataupun takut kepada makhluk, keduanya idem dito dengan satu kata itu saja, yakni “takut”. Padahal kalau menggunakan bahasa Arab akan tampak jelas bedanya.
Dalam ayat di atas, takut dalam bahasa Indonesia menggunakan “khasyyah”. Karena dipergunakan untuk takut kepada Allah SWT. Contoh lainnya, “…Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah.” (QS. al-Taubah/9: 18).
Belum lama berselang ada yang bilang “Takut itu hanya kepada Allah SWT, bukan takut kepada Corona, karena itu tetaplah bekerja seperti biasa.” Seolah keduanya terpisah dan saling menegasikan. Soal “khasyyah” terkait erat dengan kemantapan akidah seseorang dan perjuangan untuk mempertahankan hidup di tengah Corona yang masih mewabah.
Perbedaan ini yang kemudian jadi menarik untuk dipahami. Ketika seseorang bilang takut (khasyyah) kepada Allah SWT artinya dia berupaya untuk menaati semua yang diperintahkan dan menjauhkan semua yang dilarang oleh Allah SWT secara langsung dalam al-Qur’an atau sabda Nabi SAW. Itulah takut kepada Allah SWT yang dilafalkan dengan “khasyyah”.
Sementara untuk orang yang takut kepada Corona adalah takut dengan melafalkan kata “khauf”. Artinya orang yang “khasyyah” kepada Allah SWT dia juga bisa “khauf” kepada Corona secara bersamaan. Orang yang “khasyyah” kepada Allah SWT dalam kondisi seperti ini bisa berada di masjid, di pasar, dan jalanan.
Lebih menarik lagi adalah orang yang bekerja di luar rumah secara informal hari ini seperti penyedia jasa ojol, bakso dorong, penggali gorong-gorong di tepi jalan dan semisalnya, semuanya bisa dibaca dengan dua cara, yakni mereka “khasyyah” kepada Allah SWT dan “khauf” kepada Corona. Buktinya mereka memakai masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan.
Berdasar penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa orang-orang yang “khasyyah” kepada Allah SWT dan “khauf” kepada Corona akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, yakni surga. Dengan syarat mereka tidak merasa menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman di hati mereka secara bersamaan.
Di dalam hadits Qudsi Allah SWT berfirman, “Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban).
Ciri khas orang yang takut kepada Allah SWT, seperti diungkap oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas, itu ada dua. Pertama, manakala ia dalam keadaan sendiri, maka ia mencegah dirinya dari perbuatan maksiat. Kedua, ia senantiasa mengerjakan amal ketaatan kendati tidak ada orang yang melihatnya.