REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Kemarahan warga Amerika Serikat (AS) kembali meletus usia penembakan fatal terhadap pria kulit hitam Afrika-Amerika Rayshard Brooks di Atlanta, Jumat (12/6) waktu setempat. Warga berbondong-bondong berbaris bahkan membakar restoran Wendy tempat Brooks ditembak.
Restoran Wendy terbakar selama lebih dari 45 menit sebelum tim pemadam kebakaran memadamkan api. Pada saat itu, bangunan restoran menjadi puing-puing hangus di sebelah pompa bensin.
Para pengunjuk rasa memblokir jalan raya utama di Atlanta, Interstate-75 pada Sabtu (13/6) waktu setempat. Insiden ini kemungkinan akan memicu ketegangan nasional yang lebih besar atas ras dan taktik kepolisian.
Kepala Kepolisian Atlanta Erika Shileds langsung mengundurkan diri usai insiden ini. Wali kota Atlanta Keisha Lance Bottoms mengatakan dia telah menerima pengunduran diri segera dari kepala polisi Shields.
"Saya tidak percaya bahwa ini adalah penggunaan kekuatan maut yang dapat dibenarkan dan telah menyerukan agar petugas segera diberhentikan," kata Bottoms pada konferensi pers.
Bottoms mengatakan Shields, seorang wanita kulit putih yang ditunjuk sebagai kepala polisi pada Desember 2016, akan digantikan oleh wakil kepala Rodney Bryant, seorang pria kulit hitam yang akan menjabat sebagai kepala sementara. Departemen Kepolisian juga telah memecat petugas yang diduga menembak Brooks. Petugas lain yang terlibat dalam insiden tersebut diberikan cuti administratif. Kedua petugas itu berkulit putih.
Perwira Atlanta yang dipecat setelah insiden kematian Brooks, diidentifikasi oleh departemen kepolisian sebagai Garrett Rolfe, yang bergabung dengan departemen pada Oktober 2013. Petugas yang ditugaskan untuk tugas administrasi adalah Devin Bronsan yang dipekerjakan pada September 2018.
Kematian Brooks mengikuti demonstrasi selama beberapa pekan di kota-kota besar di seluruh AS yang dipicu oleh kematian George Floyd, seorang Afo-Amerika. Ia meninggal pada 25 Mei setelah seorang perwira polisi Minneapolis berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit ketika menahannya.
Brooks adalah ayah dari seorang putri kecil yang merayakan ulang tahunnya pada Sabtu ini. Di dekat lokasi penembakan, protes di jalan dimulai pada Sabtu, dengan lebih dari 100 orang menyerukan agar petugas didakwa secara pidana dalam kasus ini.
Menurut pernyataan Biro Investigasi Georgia (GBI), Brooks berhadapan dengan petugas yang datang untuk menanggapi keluhan bahwa dia tidur di drive-thru restoran. Seorang petugas kemudian menarik senjata kejut Taser dan berhasil diambil oleh Brooks. Setelah itu seorang petugas menembaknya.
"Pada saat itu, petugas Atlanta meraih ke bawah dan mengambil senjatanya, melepaskannya, memukul Brooks di sana di tempat parkir dan dia turun," kata Direktur GBI Vic Reynolds.
Pengacara yang mewakili keluarga Brooks mengatakan kepada wartawan bahwa polisi Atlanta tidak memiliki hak untuk menggunakan kekuatan mematikan bahkan jika ia telah menembakkan Taser, senjata yang tidak mematikan, ke arah mereka. "Anda tidak bisa menembak seseorang kecuali mereka menodongkan pistol ke Anda," kata pengacara Chris Stewart.
Jaksa Wilayah Kabupaten Fulton, Paul Howard, Jr., mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diemailkan bahwa kantornya telah meluncurkan penyelidikan independen atas insiden tersebut, sementara menunggu hasil temuan dari Biro Investigasi Georgia.