Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Indonesia patut berbangga hati lantaran perusahaan rintisan (startup) lokal dalam negeri, Neurabot, menjadi startup pengembang data mining platform terpusat bagi data citra pasien Covid-19 yang telah teridentifikasi.
Perusahaan ini pun menjadi bagian dari gugus tugas kecerdasan buatan dan teknologi informasi (Task Force AI & TI) dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Baca Juga: Startup Marketplace UMKM Ula Kantongi Pendanaan Tahap Awal
“Neurabot yang turut berkontribusi dalam penanganan wabah Covid-19 di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih dilansir dari Okezone di Jakarta, Senin (15/6/2020).
Neurabot merupakan merupakan finalis program Startup 4 Industry yang diinisiasi Kemenperin pada tahun 2018 lalu, bersama pakar artificial intelligent (AI) dan akademisi bidang AI di Indonesia yang juga bertugas untuk mengembangkan penerapan teknologi deep learning pada pemeriksaan CT-scan paru-paru, serta foto polos dada (x-ray).
Startup ini menjadi salah satu modalitas deteksi cepat kasus Covid-19 dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan klinis dalam pandemi saat ini.
Dirjen IKMA menjelaskan, Neurabot adalah startup yang mendapatkan hak cipta di bidang "Platform Laboratorium Pemrosesan Citra Digital dengan Teknologi Artificial Intelligence".
“Algoritma AI merupakan salah satu kekayaan intelektual bagi startup yang harus dilindungi. Klinik HKI kami telah memfasilitasi hak cipta dan mereknya,” imbuh Gati.
Ia pun berharap Neurabot bisa semakin berkembang. “Kami harap Neurabot semakin berkembang dan menjadi penyedia teknologi AI di sektor kesehatan sehingga dapat menjadi akselerator implementasi industri 4.0,” ungkap Gati.
Sementara itu Founder & CEO Neurabot, Indarto menjelaskan, salah satu yang menjadi tantangan bagi yang dihadapi dalam penggunaan teknologi yang dikembangkan adalah mayoritas rumah sakit rujukan Covid-19 yang masih menggunakan pemeriksaan foto polos dada (x-ray) yang sensitivitasnya lebih rendah dibanding CT-scan paru dosis rendah (LDCT) dalam mendeteksi gambaran perubahan struktur paru pasien.
“Meski demikian, Neurabot bersama pakar AI yang tergabung dalam gugus tugas ini akan tetap berupaya mengolah seluruh sumber data yang ada, termasuk data foto polos dada dan data klinis sebagai penguat untuk menghasilkan solusi identifikasi dini berbasis AI dengan tepat dan cepat,” tutur Indarto.