REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Sapto Andika Candra, Antara
Tambahan kapasitas pemeriksaan spesimen orang yang diduga terinfeksi virus corona SARS-CoV (Covid-19) masih belum memenuhi target pengujian spesimen sebanyak 20 ribu per hari. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) melakukan beberapa upaya, termasuk menambah jam kerja tenaga kesehatan di laboratorium hingga melatih sumber daya manusia (SDM) baru.
Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Abdul Kadir mengungkap saat awal-awal terjadinya kasus positif Covid-19 awal Maret 2020 lalu, saat itu hanya ada empat laboratorium yang termasuk di Balitbangkes, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, dan Universitas Airlangga yang bisa mendeteksi virus Covid-19. Di awal, dia menambahkan, jumlah spesimen yang bisa diperiksa tidak banyak yaitu tidak sampai 1.000 per hari.
Kemudian, dia melanjutkan, dalam perkembangannya ternyata jumlah kasus bertambah dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengeluarkan instruksi menambah laboratorium pemeriksaan spesimen menjadi 44. Saat itu, ia mengungkap spesimen yang diperiksa bertambah menjadi 3 ribuan per hari karena kontak tracing dan pemeriksaan spesimen yang terbatas. Akhirnya kapasitas laboratorium terus ditambah sampai hari ini tercatat 139 laboratorium di semua wilayah Tanah Air bisa melakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Namun dengan penambahan 139 laboratorium, kemampuan memeriksa spesimen sampai Sabtu kemarin baru sekitar 19.100 spesimen per hari. Presiden Joko Widodo memang mengucapkan terima kasih tetapi juga telah memberikan instruksi peningkatan kapasitas pemeriksaan menjadi 20 ribu per hari," ujarnya saat konferensi pers virtual di akun Youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) , Selasa (16/6).
Dengan target pemeriksaan 20 ribu per hari maka perlu penerapan sejumlah strategi. Pertama adalah penguatan laboratorium. Ia menyebutkan masih ada potensi penambahan kapasitas laboratorium atau belum optimal dan salah satu mewujudkannya dengan
memperpanjang jam kerja.
Ia mengaku ini dilakukan karena banyak laboratorium jam kerjanya terbatas enam jam per hari akibat keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan keterbatasan logitik. Untuk mencapai target pemeriksaan 20 ribu spesimen per hari maka perlu tambahan strategi yaitu menambah jam kerja, yang dulunya hanya enam jam menjadi 12 jam per hari.
"Pertimbangannya kalau jam kerja ditingkatkan dua kali lipat maka target bisa terwujud," katanya.
Di satu sisi, ia menyadari implikasi penambahan jam kerja ini maka artinya harus menambah SDM. Ia menegaskan, ini penting dilakukan karena tidak mungkin para ahli ini dipaksa bekerja lembur di atas enam jam, delapan jam.
Pihaknya khawatir tenaga kesehatan ini menjadi kelelahan dan rentan terinfeksi virus.
"Kalau kelelahan jadi gampang tertular dan hasilnya tidak maksimal," ujarnya.
Karena itu, dia melanjutkan, Balitbangkes Senin kemarin memberikan pelatihan kepada 300 tenaga laboratorium termasuk relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Peserta menjalani pelatihan selama lima hari hingga Jumat. Kemudian setelah selesai peserta ada yang langsung melakukan on the job training di laboratorium masing-masing.
Abdul Kadir mengatakan, menangani virus bukan pekerjaan yang mudah. "Virus ini merupakan makhluk halus yang tidak kelihatan. Oleh karena itu teman-teman yang nanti bertugas di laboratorium harus diberikan pelatihan yang komprehensif mengenai itu," ujarnya.
Meski akan terus menjalankan tugas bahkan mengedukasi, ia meminta petugas laboratorium bisa ikuti aturan sesuai SOP. Di antaranya menerapkan prinsip pencegahan infeksi, memakai alat pelindung diri (APD), kerja maksimal 6 jam-8 jam, perhatikan asupan gizi, istirahat cukup, masing-masing jaga kesehatan.
Upaya tambahan lain adalah merekrut dosen-dosen yang mengajar di Poltekkes, mahasiswa dan alumni poltekkes yang berada di daerah untuk membantu sesuai kebutuhan. Ia menambahkan, dibutuhkan SDM profesional yang bekerja dalam laboratorium ini karena harus mengerti mengenai Bio Safety yang merupakan mesin untuk menguji spesimen.
Jika hal ini tidak dilakukan, dia melanjutkan, maka ini berisiko menjadi pandemi baru. Selain itu, Balitbangkes juga melakukan ingin melakukan optimalisasi dengan menambah lahan laboratorium, dan mesin tes cepat molekuler (TCM).
Pihaknya berharap masukan tambahan spesimen juga bisa dilakukan. Karena itu, dia melanjutkan, BNPB juga bisa melakukan contact tracing mencari sampel.
Tim Pakar Lab dan Riset Gugasnas Percepatan Penanganan Covid-19 Budiman Bela mengungkap kendala-kendala para ahli atau pakar yang memeriksa virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) saat bekerja di laboratorium. Salah satu masalah yang terjadi adalah menyamakan pikiran di antara para ahli ini.
Budiman mengatakan, pemeriksaan spesimen virus Covid-19 di laboratorium sebenarnya tidak mudah. "Perlu mendapatkan kesamaan pikiran di antara para ahli agar melakukan pemberdayaan tanpa mengorbankan kualitas keamanan dan keselamatan mereka (tim ahli Covid-19) yang bekerja," ujarnya saat konferensi pers virtual di akun Youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (16/6).
Ia menambahkan, saat diskusi dilakukan ternyata banyak pemikiran yang diungkapkan tim pakar. Di antaranya, pembahasan juga menyangkut berbagai potensi yang dikembangkan di laboratorium ini nantinya seperti apa.
Selain itu, ia menyebutkan tim pakar akan mendiskusikan mengembangkan standard operational procedure laboratorium untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Kemudian terkait masalah upaya meningkatkan kapasitas pemeriksaan laboratorium yang dan sebentar lagi tercapai, pihaknya dari tim pakar laboratorium riset dan pengembangan memberikan masukan.
"Kita masih perlu mengembangkan banyak hal, mengidentifikasi berbagai kekurangan," katanya.
Ia juga menyoroti kapasitas laboratorium yang bagus tapi jumlah spesimen yang diperiksa naik turun padahal banyak masyarakat yang terinfeksi tetapi tidak teridentifikasi. Jadi, ia menegaskan pelacakan itu penting dilakukan.
Ia harap sampel yang terkumpul jangan dibuang begitu saja karena itu spesimen harus tetap dijaga dengan baik dan benar. Walau tantangannya besar ia yakin bisa diatasi karena semua pakar virus telah bersatu.
Budiman menambahkan rumah sakit harus ikut berperan membantu penanganan epidemiologi melalui penelusuran kontak pasien Covid-19. "Rumah sakit bisa membantu dengan turun ke masyarakat, setidaknya berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan puskesmas untuk menelusuri kontak pasien Covid-19," kata Budiman.
Budiman mengatakan jumlah spesimen Covid-19 yang diperiksa setiap hari saat ini masih fluktuatif. Padahal, jumlah laboratorium yang bisa memeriksa spesimen sudah cukup banyak.
Karena itu, pasokan spesimen dari lapangan melalui penelusuran kontak pasien Covid-19 harus semakin agresif. Terutama bagi seseorang yang mungkin terinfeksi tetap tidak terindentifikasi.
Berdasarkan data terkini yang diumumkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 1.106 orang pada 24 jam terakhir. Dari angka tersebut, Jawa Timur masih menjadi provinsi yang menyumbang penambahan kasus tertinggi, yakni 245 kasus baru.
Sulawesi Selatan menyusul di posisi kedua dengan 175 kasus baru, kemudian Kalimantan Selatan dengan 169 kasus baru, DKI Jakarta dengan 101 kasus baru, Jawa Tengah dengan 56 kasus, dan dilanjutkan provinsi lain dengan angka kasus yang lebih rendah. Dengan penambahan kasus hari ini, maka akumulasi kasus positif Covid-19 di Tanah Air sebanyak 40.400 orang.
Selama sepekan terakhir, penambahan kasus harian memang konsisten di atas 800 orang. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, penambahan kasus harian yang cukup tinggi merupakan hasil dari pelacakan kontak atau contact tracing yang dilakukan lebih agresif terhadap seluruh pasien positif.
"Tracing ini ditindaklanjuti dengan PCR atau tes cepat molekular dan menghasilkan penambahan kasus di atas," kata Yurianto dalam keterangan pers, Selasa (16/6).
Sementara itu, pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 bertambah 33 orang pada hari ini, sehingga jumlah kasus meninggal dunia sebanyak 2.231 orang. Dengan demikian, rasio antara kematian dengan jumlah keseluruhan kasus positif Covid-19 di Tanah Air sebesar 5,52 persen.