Rabu 17 Jun 2020 17:26 WIB

WHO akan Perbarui Pedoman Obati Pasien Covid-19

Perbaruan pedoman pengobatan pasien Covid-19 setelah penelitian efek deksametason.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Foto: Martial Trezzini/EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiap untuk memperbarui pedoman pengobatan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19), menyusul adanya hasil uji klinis yang menunjukkan steroid dapat membantu menyelamatkan pasien dalam kondisi kritis diumumkan pada Selasa (16/6).

Deksametason adalah steroid yang digunakan sebagai obat untuk mengurangi peradangan pada sendi sejak 1960-an. Dari hasil uji klinis yang dilakukan, ditemukan efektivitasnya terhadap sepertiga di antara pasien Covid-19 yang sakit parah.

Baca Juga

Pedoman klinis WHO untuk merawat pasien yang terinfeksi virus corona jenis baru ditujukan untuk dokter dan seluruh profesional medis. Itu juga dapat memberitahukan dokter mengenai cara terbaik untuk menangani seluruh fase penyakit, mulai dari skrining awal hingga dinyatakan sembuh.

Meski hasil studi deksametason masih berada pada tahap awal, para peneliti mengatakan obat ini harus segera menjadi pilihan perawatan yang standar bagi pasien Covid-19 dalam kondisi parah. Secara khusus adalah pasien yang harus menggunakan ventilator, berada dalam kondisi kritis.

Hingga saat ini, manfaat deksametason terlihat bagi pasien Covid-19 dengan kondisi yang parah. Obat itu belum diamati pada pasien dengan gejala yang ringan.

"Itu adalah pengobatan pertama yang ditunjukkan untuk mengurangi angka kematian pada pasien dengan Covid-19 yang membutuhkan dukungan oksigen atau ventilator," Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah pernyataan dilansir The Wire, Rabu (17/6).

WHO lebih lanjut akan mengoordinasikan meta-analisis untuk meningkatkan pemahaman kita secara keseluruhan tentang deksametason. Pedoman klinis dari badan tersebut juga akan diperbari, untuk melihat bagaimana obat perlu digunakan untuk mengatasi Covid-19.

Sejak Desember 2019, virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global.

Hingga Rabu (17/6), tercatat jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia adalah 8.282.542 dan terdapat 446.507 kematian. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan pulih adalah 4.337.881 orang.

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement