REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tidak ada laporan warga negara Indonesia terdampak gelombang kedua Covid-19 dari klaster Pasar Induk Xinfadi, saat Beijing menaikkan status siaga dari level III menjadi II.
"Alhamdulillah sejauh ini WNI aman," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, pada Rabu malam (17/6).
Ia memperkirakan sampai saat ini jumlah WNI yang masih bertahan di Beijing sekitar 6.000 orang yang mayoritas kalangan pelajar. Mereka tinggal di dalam asrama kampus dan relatif jauh dari Pasar Induk Xinfadi di Distrik Fengtai.
"Sampai saat ini pihak kampus belum membuka pintu gerbangnya sehingga pelajar kita aman," ujar Atdikbud.
Sejak ditemukan kasus baru di Pasar Induk Xinfadi pada Sabtu (13/6), pengamanan Beijing diperketat.
"Sekarang petugas keamanan mengetuk setiap rumah warga, termasuk tempat tinggal saya. Mereka menanyai apakah dalam 14 hari terakhir pernah mengunjungi Pasar Xinfadi," kata Yaya.
Pasar Xinfadi yang berada di pinggiran Ibu Kota kurang dikenal oleh WNI. Meskipun pertengahan tahun lalu Enggartiasto Lukita saat masih menjabat Menteri Perdagangan pernah mengunjungi pasar tersebut dan bertemu pihak pengelola untuk mendapatkan penjelasan tentang konsep dan pengembangan yang kelak akan diterapkan di sejumlah pasar induk di Indonesia.
Akibat munculnya klaster baru di Pasar Induk Xinfadi itu, sedikitnya 29 area permukiman di Kota Beijing ditutup total (lockdown). Sejak Sabtu lalu tercatat 356.000 warga telah menjalani tes asam nukleat setelah ditemukan 36 kasus positif baru.
Pada Selasa (16/6), ditemukan lagi 31 kasus baru, sebanyak enam di antaranya orang tanpa gejala. Untuk menangani serangan sporadis tersebut, sedikitnya 100 petugas medis dari 19 unit rumah sakit di Beijing dikerahkan.
Kasus Covid-19 di Beijing sempat mereda sehingga pemerintah kota setempat menurunkan status siaga dari level II ke level III pada 6 Juni. Namun, mulai Rabu status tersebut ditingkatkan lagi menjadi level II kembali.