Ahad 21 Jun 2020 22:15 WIB

Cinta Nabi Kepada Tanah Air

Sunnah Nabi adalah mencintai Tanah Air.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Cinta Nabi Kepada Tanah Air. Foto: Makkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad.
Foto: anadolu agency
Cinta Nabi Kepada Tanah Air. Foto: Makkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Imam Al-Jurjani mengatakan, tanah air merupakan tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. Sebagai umat Islam, kita harus mencintai tanah air karena merupakan sunah Rasulullah SAW yang mencintai tanah airnya.

Sementara, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) KH Mahbub Maafi dalam bukunya yang berjudul Tanya Jawab Fikih Sehari-hari menuliskan, Rasulullah pernah mengekspresikan kecintaannya kepada tempat kelahirannya. Hal itu, kata Mahbub Maafi, seperti disampaikan Abbas radhiyallahu yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban.

Baca Juga

"Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, 'Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu." (HR Ibnu Hibban).

Mahbub Maafi menuliskan, selain mencintai Makkah, Rasullah juga mencintai Madinah yang merupakan tempat Rasulullah menetap serta mengembangkan dakwah Islam setelah terusir dari Makkah. Di Madinah Rasulullah SAW berhasil dengan baik membentuk komunitas Madinah dengan ditandai lahirnya watsiqah Madinah atau yang bisa disebut oleh kita dengan nama Piagam Madinah.

"Kecintaan Rasulullah terhadap Madinah juga tak terelakkan. Karena itu, ketika pulang dari bepergian, beliau memandangi dinding Madinah kemudian memacu kendaraannya dengan cepat. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada Madinah," tulis Mahbub.

Hal itu, kata Mahbub Maafi, seperti disampaikan hadis riwayat Bukhari, "Dari Anas RA bahwa Nabi apabila kembali dari bepergian beliau melihat dinding Kota Madinah maka  mempercepat langkah untanya. Jika di atas atas kendaraan lain seperti bagan atau kuda, beliau menggerak-gerakkan karena kecintaannya kepada Madinah."

Mahbub Maafi mengatakan, apa yang dilakukan Rasulullah ketika kembali dari bepergian, yaitu memandangi Madinah dan memacu kendaraannya agar cepat sampai di Madinah sebagaimana dituturkan dalam riwayat Anas RA di atas. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari Syahru Shahihil Bukhari menunjukkan atas keutamaan Madinah diisyaratkan cinta tanah air.

"Dari penjelasan singkat ini, setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwa mencintai tanah air merupakan tabiat dasar manusia. Di samping itu, juga dianjurkan oleh syara (agama) sebagaimana penjelasan dalam kitab karya Ibnu Hajar Al asqalani yang dikemukakan di atas," kata Mahbub.

Mahbub Maafi menuliskan, mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, melainkan juga lahir dari bentuk keimanan. Karenanya jika kita mengaku diri sebagai orang yang beriman maka mencintai Indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya mayoritas Muslim merupakan keniscayaan.

Istilah inilah, kata dia, pentingnya pernyataan Hubbul Wathan Minal Iman cinta tanah air sebagian dari iman. Konsekuensinya, kata dia, jika ada upaya dari pihak-pihak tertentu yang berupaya merongrong keutuhan NKRI maka kita wajib untuk menentangnya sebagai bentuk keimanan kita.

"Tentunya dalam hal ini harus dengan cara-cara yang dibenarkan menurut aturan yang ada. Karena kita hidup dalam sebuah negara yang terikat dengan aturan yang dibuat oleh negara," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement