REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Vaksin untuk virus corona tipe baru atau Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Rusia bersama dengan Kementerian Pertahanan Rusia disebut akan memberikan individu perlindungan terhadap virus untuk jangka waktu lebih dari dua tahun. Mereka yang mendapat vaksin akan memiliki kekebalan pelindung dalam jangka waktu lebih lama.
"Vaksin ini diberikan dua kali dengan gen yang sama, disuntikkan menggunakan pembawa yang berbeda, yang memungkinkan untuk tidak hanya mendapatkan kekebalan pelindung, tetapi untuk memperolehnya untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Direktur Pusat Penelitian Nasional Rusia Alexander Gintsburg dalam sebuah wawancara dengan Krasnaya Zvezda, surat kabar resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia dikutip laman Sputnik, Senin (22/6).
Dia mengatakan, bahwa pendekatan tersebut menjamin bahwa seseorang yang mendapatkan vaksin ini akan terlindungi dari infeksi virus corona setidaknya selama dua tahun. "Bahkan mungkin untuk jangka waktu lebih lama," ujarnya.
Menurut Gintsburg, sekitar 50-60 juta dosis vaksin, atau mungkin bahkan 70 juta, perlu diproduksi untuk melaksanakan vaksinasi virus corona massal di Rusia. Uji klinis vaksin virus corona yang dikembangkan oleh pusat penelitian Gamaleya bersama dengan Kementerian Pertahanan Rusia dimulai awal bulan ini. Uji coba diharapkan akan selesai pada akhir Juli.
Dalam rencana kerja sama Rusia dan ASEAN menyoal vaksin beberapa waktu lalu melalui pertemuan antarmenteri luar negeri ASEAN dan Rusia, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, bahwa Rusia unggul dalam bidang teknologi, dengan sembilan dari 130 kandidat vaksin Covid-19 berasal dari negara itu.
"Sertifikasi terbaru Avifavir dan Levilimab sebagai obat yang dapat menyembuhkan pasien Covid-19 di Rusia juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan," tutur Retno.
Hingga Ahad (21/6) Rusia mencatat 584.680 kasus infeksi Covid-19. Sementara sejauh ini sudah 8.111 kematian tercatat di seluruh negara, seperti dilaporkan laman The Moscow Times.