Rabu 24 Jun 2020 13:05 WIB

Gugus Tugas: Laju Penularan Covid-19 tak Memburuk

Laju penularan Covid-19 pada pertengahan Juni masih sama dengan yang terjadi Mei

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Pasien corona (Ilustrasi).
Foto: Abdan Syakura/Republika
Pasien corona (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menegaskan bahwa laju penularan infeksi virus corona di Tanah Air tidak memburuk pada saat ini. Artinya, laju penularan Covid-19 pada pertengahan Juni 2020 ini masih sama dengan yang terjadi pada Mei lalu, alias tidak terjadi perburukan atau kondisi yang semakin parah.

Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Dewi Nur Aisyah menjelaskan, laju penambahan penularan bisa dilihat dari penambahan jumlah kasus atau positivity rate Covid-19. Berdasarkan data, terlihat bahwa terdapat 26.000 orang yang diperiksa spesimennya selama 11-17 Mei 2020 lalu dengan positivity rate 13 persen. Artinya, dari 26.000 pemeriksaan, ada 13 kasus positif.

Kemudian bila dibanding dengan yang terjadi saat ini, pada pekan ketiga Juni 2020 dilakukan pemeriksaan terhadap 53.000 orang. Dari angka tersebut, didapat angka kasus positif sebanyak 14 persen. Artinya, positivity rate hanya naik 1 persen dari Mei lalu sebesar 13 persen menjadi 14 persen pada Juni ini.

"Semua orang kadang sekarang bingung kenapa angka harian kita bertambah besar. Namun positivity rate-nya, 13 persen dan 14 persen. Artinya apa, laju penularannya masih sama di Indonesia. Kita tidak bisa bilang bahwa kondisinya memburuk, tidak. Kondisinya sama, tapi dengan testing yang lebih baik lebih banyak," jelas Dewi menjelaskan di hadapan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Rabu (24/6).

Dari pemeriksaan yang semakin banyak, ujar Dewi, maka pemerintah bisa mendapat jumlah pasien positif yang lebih banyak pula. Dari sana kemudian dilakukan isolasi terhadap seluruh temuan kasus baru.

"Ini bentuk pencapaian yang harus kita pahami bahwa tak hanya jumlah kasus yang kita lihat tapi berapa jumlah pemeriksaan yang kita lakukan," jelas Dewi.

Menurut data per Rabu (24/6) ini, lima provinsi dengan jumlah kasus tertinggi adalah DKI Jakarta dengan 9.971 kasus, Jawa Timur dengan 9.542 kasus, Sulawesi Selatan dengan 3.797 kasus, Jawa Barat dengan 2.646 kasus, dan Jawa Tengah dengan 2.666 kasus.

Sementara lima provinsi dengan jumlah kasus teremdah adalah Aceh dengan 49 kasus, Sulawesi Barat dengan 104 kasus, Nusa Tenggara Timur dengan 111 kasus, Jambi dengan 112 kasus, dan Bengkulu dengan 116 kasus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement