Jumat 26 Jun 2020 06:31 WIB

Warga Abai, Jokowi Minta Menkes Pasok Masker ke Surabaya

Jokowi minta Menkes kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya dan daerah di Jatim

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo memberikan instruksi penanganan Covid-19 di Jawa Timur
Foto: Twitter Jokowi
Presiden Joko Widodo memberikan instruksi penanganan Covid-19 di Jawa Timur

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk mengirim masker sebanyak-banyaknya ke Kota Surabaya dan wilayah lain di Jawa Timur. Alasannya, data yang disampaikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur yang menyebut masih banyak warga abai dalam penerapan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker.

"Tadi disampaikan oleh Gugus Tugas bahwa masih 70 persen yang nggak pakai masker ini angka yang gede banget. Oleh sebab itu saya minta hari ini saya minta Gugus Tugas nasional, Pak Menkes kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya ke Jawa Timur," kata Jokowi dalam paparannya di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (25/6).

Pernyataan Jokowi ini berdasarkan data yang dipaparkan sendiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah mengutip hasil survei yang digelar oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair).

Dalam surbei tersebut ditemukan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya dalam menjalankan protokol kesehatan di tempat ibadah masih rendah. Untuk penggunaan masker misalnya, 70 persen masyarakat masih enggan mengenakannya. Sedangkan untuk penjagaan jarak, sebanyak 84 persen masyarakat tidak melakukannya.

Sementara di pasar tradisional, diketahui sebanyak 84 persen masyarakat tidak menggunakan masker dam 89 persen tidak melakukan jaga jarak.

"Ada juga di tempat tongkrongan, 88 persen tidak bermasker, 89 persen tidak jaga jarak. Ini hasil dari IKA FKM Unair," ujar Khofifah.

Mantan Menteri Sosial ini menambahkan, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya ini membuat pengendalian penularan Covid-19 di Surabaya jadi sulit dilakukan secara optimal. Hal ini terlihat dari sulitnya mempertahankan rt atau R0 terhadap waktu.

Parameter R0 atau dibaca Rnaught, memang digunakan pemerintah untuk mengkaji kondisi epidemiologi suatu daerah. Dalam kajian epidemiologi, R0 memberikan interpretasi mengenai seberapa parah proses penularan suatu penyakit. Bila R0 atau Rt di atas angka 1, maka infection rate-nya masih tinggi. Bila R0 atau Rt kurang dari 1, maka infection rate-nya terbilang rendah.

Rt di Surabaya sendiri sempat berada di bawah 1, namun kembali naik setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

"Kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni (satu hari setelah PSBB Surabaya Raya berakhir) sebetulnya rate of transmission di Jawa Timur sudah 0,86 persen, tapi kemudian ada kenaikan kembali pada tanggal 24 kemarin menjadi 1,08 persen," ujar Khofifah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement