REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berjanji akan mendorong pengeluaran publik untuk membantu masyarakat memulihkan diri dari pandemi virus corona. Ia juga mengatakan kembali menerapkan kebijakan penghematan akan menjadi sebuah kesalahan.
Johnson berjanji melipatgandakan rencana meningkatkan investasi. Ia menambahkan pemerintahannya yang sudah mengumumkan pengeluaran darurat dan langkah pajak yang diperkirakan sebesar 133 miliar poundsterling akan terus membantu rakyat dan usaha kecil-menengah.
"Momen ini saatnya untuk menggunakan pendekatan Rooseveltian di Inggris," kata Johnson di stasiun radio Times Radio, Senin (29/6).
Pada 1930-an mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Franklin D. Roosevelt merilis program 'New Deal', sebuah proyek untuk menciptakan lapangan pekerjaan sebesar-besarnya demi memulihkan Negeri Paman Sam usai Depresi Besar.
"Saya pikir investasi akan membayarnya karena ini sangat, sangat dinamis, ekonomi yang sangat produktif," kata Johnson.
Ia berjanji membuka wadah bagi perusahaan untuk berinvestasi baik dalam bentuk kapital maupun pelatihan tenaga kerja. Sebelumnya Kantor Pengelolaan Utang (DMO) pemerintah Inggris mengatakan dari April hingga Agustus mereka berencana menjual 275 miliar poundsterling utang pemerintah.
Uang tersebut untuk menutupi pengeluaran dalam menanggulangi pandemi virus corona. Penjualan utang yang menembus rekor itu dua kali lipat dibandingkan penjualan tahun finansial sebelumnya.