Senin 29 Jun 2020 19:03 WIB

Pandemi Diperkirakan Tingkatkan Angka Kelahiran Bayi

BKKBN memperkirakan kenaikan 400 ribu sampai 500 ribu kelahiran.

Rep: Inas Widyanuratikah  / Red: Ratna Puspita
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Nofrijal (tengah)
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Nofrijal (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Infomasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nofrijal mengatakan, ahli demografi memperkirakan pandemi Covid-19 berpotensi meningkatkan angka kelahiran anak pada 2021. Perkiraan ini berdasarkan kebijakan diam di rumah yang dilakukan di berbagai wilayah untuk menghindari penyebaran Covid-19. 

Nofrijal mengatakan, selama tiga tahun terakhir angka kelahiran di Indonesia berada di angka lima juta kelahiran. Namun, ia menambahkan, ahli demografi memperkirakan angka kelahiran itu akan meningkat setelah pandemi. 

Baca Juga

"Para ahli demografi memperkirakan stay at home membuat peluang hamil itu besar. Diperkirakan naiknya 400 ribu sampai 500 ribu kenaikan kelahiran," kata Nofrijal, saat mengunjungi pelayanan KB di Bidan Sri Helmi, Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Senin (29/6).

Karena itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat gerakan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor yaitu menargetkan satu juta masyarakat menjadi akseptor KB. Selain memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2020, gerakan ini juga dilakukan dengan harapan dapat mengurangi angka kelahiran anak di tahun yang akan datang.

Nofrijal mengatakan dirinya optimis dapat tercapai satu juta akseptor dalam waktu satu hari. Sebab, secara struktur BKKBN memiliki alat kelengkapan di daerah-daerah yang bisa membantu masyarakat mendapatkan pelayanan KB. "Kita sangat optimis karena strukturnya ada.

"Kita punya 25 ribu PLKB (Petugas Lapangan KB), sekitar 50 per PLKB. Kita punya kades atau lurah itu 82 ribu itu kan berarti tinggal 12-15 orang perdesa, perkelurahan. Kecamatan 7 ribu, nah kecamatan bisa melayani 150 orang saja itu sudah satu juta," kata Nofrijal. 

Sementara itu di Pondok Pinang, Bidan Sri Helmi mengatakan terjadi penurunan ibu yang mengikuti kontrasepsi di tempat praktiknya. "Ada yang putus KB 30 persen lah. Jadi mulai suntik yang tiga bulan, sudah merasa bosan di usia 40-42 tidak hamil lagi, rupanya hamil lagi," kata Helmi. 

Ia menyadari, pada masa pandemi tidak sedikit ibu yang takut ke tempat pelayanan KB. Walaupun demikian, ia mengatakan terus melakukan sosialisasi agar masyarakat tetap mengikuti program KB. 

Menurut Helmi, semenjak masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memasuki masa transisi, sudah mulai terjadi peningkatan keluarga yang mengikuti pelayanan KB. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement