REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa memutuskan untuk mempertahankan 20 ribu tentara untuk menegakkan peraturan pembatasan penyebaran Covid-19. Jumlah yang diajukan turun dari total 76 ribu pasukan dan proses pelibatan militer ini akan bertahan hingga 30 September.
Ramaphosa pertama kali mengirim 2.820 anggota Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan (SANDF) beberapa hari sebelum memberlakukan lockdown nasional pada akhir Maret. Jumlah itu meningkat menjadi 76 ribu pada April ketika ancaman kesehatan tumbuh.
Dana yang akan dikeluarkan untuk perpanjangan pasukan ini adalah 1,5 miliar rand. Pengajuan itu pun telah disampaikan kepada anggota parlemen Afrika Selatan.
Pada akhir Maret, Ramaphosa mengumumkan salah satu karantina wilayah terberat di dunia ketika negara itu hanya memiliki 400 kasus. Dia melarang siapa pun kecuali pekerja penting meninggalkan rumah, kecuali membeli makanan atau obat-obatan, dan melarang penjualan alkohol.
Negara itu mulai perlahan membuka kembali bagian-bagian ekonomi pada Mei dan semakin melonggar pada Juni, tetapi infeksi mulai melonjak lagi. Kementerian Kesehatan Afrika Selatan melaporkan lonjakan satu hari terbesar dalam kasus virus corona pada Kamis (2/7), dengan 8.728 infeksi yang dikonfirmasi. Kondisi ini membuat total kasus Covid-19 menjadi 168.061 dan jumlah korban meninggal dunia meningkat 95 menjadi 2.844.