REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sebanyak 350 layang-layang yang pemiliknya berasal dari Bali, Sulawesi Utara, dan Lombok, Nusa Tenggara Barat akan menyemarakkan lomba layang-layang virtual. Gelaran ini merupakan salah upaya untuk membangkitkan kepercayaan pihak luar terhadap Bali di tengah pandemi Covid-19.
"Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas pemuda dalam berkarya, salah satunya membangkitkan layangan kategori inovasi jenis bidadari yang menonjolkan paduan warna dan inovasi," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat menerima audiensi kreator Lomba Layang-Layang Virtual Kadek Suprapta Meranggi dan tim, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, sejumlah upaya dalam memulihkan perekonomian dan aktivitas umum di Provinsi Bali, namun tetap aman dari Covid-19 terus dilakukan pemerintah yang bekerja sama dengan institusi dan berbagai pihak swasta.
"Oleh karena itu, kami memberikan dukungan terhadap pelaksanaan lomba layang-layang virtual pada 12 Juli mendatang ini," ujar Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Sesuai dengan rencana, menurut Cok Ace, upaya tatanan kehidupan Bali era baru akan mulai dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pada 9 Juli mendatang. Sedangkan, upaya untuk memulihkan pariwisata dimulai dari wisatawan domestik pada 30 Juli dan 11 September untuk wisatawan internasional.
Sementara itu, Kadek Suprapta Meranggi selaku kreator Lomba Layang-Layang Virtual itu mengatakan, lomba kali ini sebenarnya merupakan sesi kedua. Lomba kembali dilaksanakan setelah sebelumnya juga diselenggarakan lomba layang-layang virtual akhir Juni lalu.
Oleh karena dianggap sukses, perlombaan ini kembali dilaksanakan sebagai bentuk promosi baru membangkitkan kepercayaan dunia untuk Bali di tengah masa pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum mereda. Kadek mengatakan, lomba layang-layang virtual kali ini memilih tema layangan "Celepuk vs Kupu-Kupu", yang akan dinilai adalah konsep pembuatan layangan, segi paduan warna, cara menaikkan atau menarik layangan di udara, dan seperti biasa di wilayah Bali peserta akan meramaikan lomba ini dengan irama pendamping dari baleganjur.
"Peserta penarik layang-layang virtual disyaratkan menggunakan pakaian adat madya sebagai cara dalam menunjukkan budaya adat di Bali," ujarnya.
Sedangkan penilaian akan dilakukan secara virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom. Dengan begitu, peserta tidak perlu jauh-jauh datang ke zona "live center" di kawasan Sanur, Denpasar.
Terkait banyaknya tali layangan yang sudah memakan korban, Kadek mengharapkan para pemuda yang menaikkan layang-layang ke udara tidak menginapkan terlalu lama. Mereka diharapkan dapat memantau kekuatan tali penyangga layangan dengan baik.