REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Program Studi (Prodi) Ilmu Komputer melalui webinar UBSI NEXT (Notable Expert Talk) menggelar seminar online yang bertajuk “Internet of Things For Daily Live Hacks” secara live melalui Zoom dan Youtube, Senin (6/7).
Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan wawasan dalam penerapan IoT dalam kehidupan sehari-hari agar meningkatkan inovasi dan produktivitas generasi muda ini sukses mengundang antusiasme ratusan peserta dari berbagai kalangan. Di antaranya, dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Dipandu oleh Tommy Alfian Armawan Sandi selaku moderator, kegiatan ini menghadirkan narasumber handal yang telah sukses berkecimpung di dunia IoT yakni, Rian Septian Anwar yang merupakan dosen Ilmu Komputer Universitas Bina Sarana Informatika.
“IoT merupakan konsep komputasi tentang objek sehari-hari yang terhubung ke internet dan mampu mengidentifikasi diri ke perangkat lain. Ada tiga manfaat belajar IoT di antaranya konektivitas, era saat ini pengoperasian seluruh kegiatan bisa dikerjakan oleh smartphone. Efisiensi, dengan adanya peningkatan pada konektivitas membuat penuruan jumlah waktu yang biasanya dihabiskan untuk melakukan tugas yang sama. Kemudahan, dengan banyaknya sistem yang bisa diakses melalui smartphone dapat meringankan kerjaan,” ujar Rian dalam rolis yang diterima Republika.co.id.
Dosen yang memiliki prestasi di bidang robotika ini juga menambahkan bahwa belajar pemrograman IoT harus memiliki pemahaman lebih lanjut tentang sensor. Karena, IoT akan membawa ke dalam dunia teknik mesin dan sipil saat sensor mengumpulkan data fisik.
Selain itu, pemrograman yang harus dikuasai adalah javascript dan Phyton karena mereka merupakan bahasa yang ideal untuk memproses data baru dari perangkat dan memicu tindakan perangkat itu sendiri.
“Contoh perangkat yang menerapkan IoT adalah Nest Smart Thermostat, August Smart Lock, Automatic Car Tracking Adapter, dan De’Hidroponik,” tutup Rian.
Selain itu tanggapan juga hadir dari Untung Rohwadi salah satu peserta kegiatan ini yang mengatakan bahwa peserta diajarkan bagaimana mengatasi kelemahan aspek sekuriti. “Contohnya pintu rumah yang sering dijadikan objek kejahatan oleh pencuri. Kita dapat menerapkan dua langkah verifikasi. Yaitu, RFID atau sidik jari; dan deteksi wajah atau face recognition untuk mengamankan pintu rumah,” paparnya.