REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Angkatan Darat (AD) akan fokus pada enam kesenjataan tempur untuk mendidik calon perwira melalui jalur Akademi Militer (Akmil). Keenam korps itu adalah Infanteri, Kavaleri, Artileri Medan (Armed), Artileri Pertahanan Udara (Arhanud), Zeni, dan Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad). Enam kesenjataan itu dididik untuk melahirkan panglima atau komandan perang, termasuk komandan kewilayahan. Baik komandan Kodim (Komando Distrik Militer), komandan Korem (Komando Resor Militer), maupun panglima Kodam (Komando Daerah Militer).
Alat utama sistem senjata (alutsista) AD memang berada di enam kecabangan tersebut. Mereka bagian dari satuan tempur (satpur), dan satuan bantuan tempur (satbanpur). Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengungkapkan, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa ingin menyiapkan lulusan Akmil sebagai pemimpin di medan pertempuran. Ia memuji langkah Andika yang membuat akademi militer fokus untuk kecabangan satpur dan satbanpur saja.
“Jenderal Andika KSAD membuat Akademi Militer hanya untuk kecabangan satpur dan banpur. Beliau siapkan perwira-perwira dari Akademi Militer untuk jadi pemimpin medan pertempuran,” ujar Menhan Prabowo, abituren (lulusan) Akmil 1974. Ia mengungkapkan hal itu saat memberikan pembekalan motivasi kepada seluruh taruna/taruni Akmil di Gedung Lily Rochly Akmil, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (3/7).
TNI AD memiliki 15 korps atau kecabangan. Selain enam korps kesenjataan tersebut, sembilan korps lainnya, adalah Perhubungan (Teknik Elektro), Peralatan (Teknik Mesin), Pembekalan dan Angkutan/Bekang (Suplai/Logistik), Polisi Militer (PM/POM), Ajudan Jenderal (Ajen), Topografi, Keuangan, Hukum, dan Kesehatan.
“Kami akan fokus pada enam korps di Akmil. Korps lainnya akan bersumber dari Sekolah Perwira Prajurit Karier (Sepa PK) yang berpendidikan sarjana atau diploma umum. Ditambah dari sumber Sekolah Calon Perwira (Secapa) AD berlatar belakang bintara senior,” kata Asisten Personel (Aspers) KSAD Mayjen TNI Heri Wiranto saat olahraga petinggi Mabesad bersama para wartawan, pekan ketiga Juni 2020 lalu.
Selain enam korps tersebut, lanjut Mayjen Heri Wiranto, akan ditambah dengan satu atau dua korps sesuai kebutuhan organisasi AD. Namun, korps tersebut tidak menerima setiap tahun. Melainkan tiga atau lima tahun sekali. Misalnya untuk korps PM maupun Pembekalan dan Angkutan atau Bekang (Suplai/Logistik).
“Bagi perwira korps-korps yang teknis, bisa diperoleh melalui jalur Sepa PK maupun Secapa AD. Sebab, Akmil tidak terlalu banyak menghasilkan lulusan di luar enam korps kesenjataan satpur maupun banpur tersebut,” kata abituren Akmil 1989 itu.
Panglima perang
Selama era KSAD Jenderal Andika Perkasa, perwira siswa (pasis) Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI dari AD hanya untuk enam korps utama, yakni Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad. Sedangkan korps lainnya terhenti sampai di Seskoad saja. Semuanya pasis Sesko TNI dari sumber Akmil, tidak ada dari sumber Sepa PK. “Kami harus fokus agar menghasilkan perwira spesialis, supaya hasilnya lebih optimal,” ujar Andika, abituren Akmil 1987, dalam wawancara khusus dengan Republika, beberapa waktu lalu.
Memang jabatan-jabatan strategis komando kewilayahan (kowil), seperti Kodim hanya diperuntukkan bagi enam korps saja. Kemudian jika dilihat korps para komandan Korem, hanya dari lima korps. Belum ada yang berasal dari korps Penerbad. Sementara untuk panglima Kodam pun hanya dari lima korps tersebut. Belum ada korps Penerbad yang menjadi komandan Korem, apalagi panglima Kodam.
Hal ini, karena Penerbad baru diresmikan menjadi korps tersendiri era KSAD Jenderal Djoko Santoso pada 2007. Artinya baru 23 tahun Penerbad sebagai korps berdiri sendiri. Sebelumnya Penerbad diisi perwira multikorps. Padahal Penerbad berdiri sejak 1949. Untuk jabatan KSAD sejak 1948 hingga kini, selain korps Infanteri, hanya Zeni dan Kavaleri saja yang bisa mengisi pos orang nomor satu di Mabesad.
Dari 32 KSAD, yang berasal dari korps Infanteri 29 perwira, dari korps Zeni tiga perwira (Jenderal TNI GPH Djatikusmo, Jenderal TNI Try Sutrisno, Jenderal TNI Budiman), serta satu perwira dari korps Kavaleri (Jenderal TNI R Hartono). Adapun korps Armed maupun Arhanud belum ada yang berhasil menjadi KSAD.
Data lima tahun
Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurachman, mengakui, dalam lima tahun terakhir terungkap, Akmil fokus pada enam korps utama (Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad). Sedangkan korps lainnya tidak selalu ada di Akmil, karena kebutuhan organisasinya memang sedikit sekali.
“Data lima tahun terakhir bisa dilihat, memang mayoritas menghasilkan perwira korps Infanteri sebagai satuan tempur. Kemudian ditambah dengan satuan bantuan tempur Korps Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad,” ujar Dudung, abituren Akmil 1988 B.
Akmil misalnya, memang tidak pernah mendidik perwira korps Kesehatan yang sumber utamanya dihasilkan dari Sepa PK untuk dokter, dokter gigi, perawat maupun tenaga medis lainnya. Kemudian dilengkapi dari Secapa AD untuk para perawat atau teknisi kesehatan.
Untuk korps Topografi dalam lima tahun terakhir (2016 hingga 2020) hanya menelurkan satu perwira. Topografi mengandalkan sumber dari Sepa PK berlatar belakang sarjana, karena topografi merupakan ilmu khusus. Selain itu juga dari bintara melalui Secapa AD. Begitu juga korps Hukum hanya menghasilkan lima perwira dari Akmil dalam lima tahun terakhir ini. Artinya rata-rata setahun hanya satu perwira saja. Korps Hukum banyak dihasilkan melalui Sepa PK maupun hasil pendidikan di Akademi Hukum Militer (AHM) dan Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM) maupun Secapa AD.
Korps Keuangan menghasilkan sembilan perwira. Kemudian korps Peralatan (Teknik Mesin) membuahkan 10 perwira. Korps Ajudan Jenderal (Ajen) menghasilkan 14 perwira. Korps Perhubungan (Teknik Elektro) membuahkan 16 perwira. Pada kelompok berikutnya, korps PM menghasilkan 22 perwira. Selanjutnya korps Bekang (Suplai/Logistik) menghasilkan 27 perwira.
Dari data itu saja terlihat, selain enam korps utama, korps lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Satuan bantuan administrasi (satbanmin) justru lebih efektif dan efisien jika dihasilkan dari sumber Sepa PK yang berlatar belakang pendidikan sarjana maupun diploma. Tidak buang-buang uang untuk pendidikan selama empat tahun di Akmil. Sama dengan Secapa, maka pendidikan Sepa PK juga hanya selama tujuh bulan. Bedanya Sepa PK dididik di Akmil Magelang, sedangkan Secapa AD dididik di Bandung.
Baik lulusan Akmil, Sepa PK dan Secapa setelah selesai pendidikan dilantik menjadi Letnan Dua (Letda) dalam prasetya perwira (praspa). Setelah itu ketiganya melanjutkan pendidikan kecabangan selama lima bulan di pusat pendidikan (pusdik) kecabangan. Jadi total pendidikan Sepa PK dan Secapa selama sekitar 12 bulan atau satu tahun. Sedangkan lulusan Akmil selama hampir 4,5 tahun. Sehingga wajar saja apabila lulusan Akmil lebih berpeluang menjadi jenderal dibandingkan lulusan Sepa PK.
Sementara lulusan Secapa memang tidak diciptakan untuk menjadi jenderal, karena keterbatasan usia saat menjadi perwira. Paling muda saat dilantik menjadi Letda berusia 34 tahun. Sedangkan usia pensiun perwira 58 tahun. Sehingga mereka menjadi perwira paling lama sekitar 24 tahun. Padahal saat ini, untuk menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) dipersyaratkan minimal masa dinas perwira selama 27 tahun.
Tempur
Selama ini, sebagian besar personel TNI Angkatan Darat (AD) terdiri dari pasukan Infanteri. Hal ini, karena pengadaan pasukan Infanteri paling mudah dan murah. Infanteri adalah korps terbesar dan menjadi tulang punggung AD. Infanteri saat ini memiliki tiga divisi, 25 brigade, atau grup di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan lebih dari 100 batalyon. Divisi I di Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, Divisi II di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dan Divisi III di Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Komandan korps Infanteri berpangkat Letnan Jenderal TNI.
Kavaleri adalah satuan yang mampu bergerak cepat dalam skala besar sebagai pendobrak yang membuka jalan bagi Infanteri. Kavaleri memiliki satu brigade, 13 batalyon, empat detasemen, 13 kompi kavaleri (khusus), dan kompi latihan tempur. Komandan korps Kavaleri (Pusat Kesenjataan Kavaleri) berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Armed atau Artileri Medan merupakan kesatuan senjata berat bantuan tempur darat membantu pasukan Infanteri. Armed memiliki dua resimen, 18 batalyon, empat detasemen peluru kendali, dan satu satu detasemen latihan tempur. Komandan korps Armed (Pusat Kesenjataan Artileri Medan) berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Artileri Pertahanan Udara atau Arhanud adalah pasukan antiserangan udara, fugsinya sebagai penangkis serangan udara. Arhanud memiliki satu resimen, 12 batalyon, empat detasemen arhanud dan dua baterai (kompi khusus) Arhanud. Komandan korps Arhanud (Pusat Kesenjataan Arhanud) berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Zeni adalah pasukan bantuan tempur yang befungsi membantu pasukan Infanteri untuk memperluas gerak kesatuan kawan dan mempersempit gerak pasukan lawan. Juga memiliki kemampuan penjinakan bahan peledak (jihandak) serta nuklir, biologi, kimia (nubika) serta kemampuan konstruksi perang. Zeni memiliki satu resimen, 18 batalyon, tujuh detasemen zipur, satu detasemen deteksi, 45 denzibang, dan dua kompi khusus (jihandak dan nubika). Komandan korps Zeni (Kepala Pusat Zeni AD) berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Penerbad kesatuan yang berfunsi sebagai mobil udara, menembak target di balik bukit dan pengintaian udara. Penerbad memiliki lima skadron. Komandan korps Pusat Penerbad berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Sejarah
Sebenarnya bukan hal baru jika Akmil fokus pada satuan tempur (satpur) maupun bantuan tempur (banpur) saja. Pada awal pendirian Akmil Yogyakarta maupun Akmil Tangerang pada 1945 juga dikhususkan pada lima korps, yakni: Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, dan Zeni. Kemudian pada 1951 dibentuk Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat (SPGi-AD) di Bandung.
Lama pendidikan dua tahun. Lulusannya dilantik menjadi calon perwira dengan akronim Capa (Genie). Menghasilkan dua abituren. Kemudian ditingkatkan menjadi Akademi Zeni Angkatan Darat (Akziad), lama pendidikan tiga tahun. Tentu saja hanya hanya untuk Korps Zeni hingga abituren (lulusan) tahun 1961. Menghasilkan enam abituren (lulusan).
Barulah pada 1959 menerima taruna bagi Korps Perhubungan (Korps Teknik Elektro) dan Korps Peralatan (Teknik Mesin). Otomatis namanya diubah jadi Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Menghasilkan tiga abituren, yakni 1962 hingga 1964. Namun namanya sudah diubah pada 1961 menjadi Akmil (Jurusan Teknik/Jurtek), karena diintegrasikan dengan Akmil Magelang yang berdiri sejak 1957. Akmil Magelang disebut Akmil (Jurusan Tempur/Jurpur).
Akmil Magelang hanya menghasilkan perwira empat korps, yakni Infanteri, Kavaleri, Armed, dan Arhanud. Sampai tahun 1963 hanya menghasilkan empat korps tersebut. Korps Zeni sudah disi melalui Akmil Bandung. Barulah pada 1964, Akmil Magelang menghasilkan korps lain, yakni korps Polisi Militer, Angkutan, Intendans (Pembekalan), Hukum, Ajudan Jenderal, dan Keuangan.
Pada 1965 untuk pertama kalinya tidak ada korps Zeni. Alasannya karena sudah terlalu banyak menghasilkan perwira sejak Akmil lulusan 1956 hingga 1964. Sejak abituren 1966 hingga saat ini, korps wajib di Akmil tetap Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, dan Zeni. Korps lainnya bergantian sesuai kebutuhan organisasi AD. Korps yang lain hanya sebagai pelengkap dan tidak selalu ada setiap tahun.
Jika demikian, untuk apa pula memaksakan mendidik perwira korps lain di Akmil? Padahal lebih efektif jika satbanmin dihasilkan melalui jalur Sepa PK. Sepakat fokus saja menghasilkan enam perwira korps utama untuk menghasilkan panglima perang yang berani dan profesional.