Kamis 16 Jul 2020 11:40 WIB

Bayi di Prancis Lahir dengan Infeksi Covid-19

Bayi itu bisa dengan cepat pulih dari Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dokter-dokter di Rumah Sakit Antonie Beclere di Paris, Prancis, telah menerbitkan sebuah studi tentang bayi pertama yang terlahir dengan mengidap Covid-19. Mereka menduga penularan terjadi saat bayi masih dalam kandungan.

Studi itu diterbitkan di Nature Communications. Bayi laki-laki yang baru lahir ini mengalami peradangan di otak beberapa hari setelah dilahirkan. Hal itu merupakan suatu kondisi setelah virus melewati plasenta dan menyebabkan infeksi sebelum kelahiran.

Baca Juga

Hingga saat ini, para dokter belum dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa bayi terinfeksi selama atau segera setelah melahirkan. “Sayangnya tidak ada keraguan tentang penularan dalam kasus ini. Dokter harus menyadari bahwa ini mungkin terjadi,” kata direktur medis pediatri dan perawatan kristis neonatal di Rumah Sakit Antonie Beclere Daniele De Luca, dikutip laman the Guardian, Rabu (15/7).

Dia mengakui bahwa hal itu memang tidak umum. “Tapi itu mungkin terjadi dan itu harus dipertimbangkan dalam percobaan klinis,” ujar De Luca.

Bayi yang terlahir dengan Covid-19 ini merupakan anak dari seorang ibu berusia 23 tahun. Dia dirawat di rumah sakit pada 24 Maret lalu dalam kondisi demam dan batuk parah. Wanita itu tertular Covid-19 pada akhir trimester ketiga. Ia dinyatakan positif terinfeksi korona tak lama setelah kedatangannya.

Tiga hari setelah menjalani perawatan, dokter melakukan pemindaian terhadap kandungannya. Mereka memperoleh tanda-tanda bahwa bayi dalam kondisi tak sehat. Dokter akhirnya memutuskan melakukan operasi sesar.

Pasca-operasi, bayi itu segera diisolasi di unit perawatan intensif neonatal. Dokter kemudian mengambil sampel darah dan cairan pada bayi. Hasilnya dia positif Covid-19. Tapi mereka mengesampingkan infeksi virus, bakteri, dan jamur lainnya.

Tes yang lebih luas mengungkapkan bahwa virus telah menyebar dari darah ibu ke plasenta. Ia bereplikasi dan menyebabkan peradangan, lalu berlanjut ke bayi. “Alasan hal ini belum pernah ditunjukkan sebelumnya adalah karena Anda membutuhkan banyak sampel. Anda membutuhkan darah ibu, darah bayi baru lahir, darah tali pusat, plasenta, cairan ketuban, dan sangat sulit mendapatkan semua sampel ini dalam pandemi, dengan keadaan darurat di sekitar,” kata De Luca.

De Luca mengungkapkan, saat bayi yang mengidap Covid-19 itu dilahirkan, belum ada panduan klinis tentang cara perawatan. Awalnya para dokter mempertimbangkan untuk memberikan remdesivir. Namun sebelum hal itu dilakukan, bayi itu pulih secara bertahap tanpa bantuan apa pun. Tak ada obat khusus yang diberikan.

“Kabar baiknya adalah bahwa pada akhirnya, bayinya sangat pulih. Bayinya baik-baik saja secara klinis,” ucapnya.

Profesor kebidanan dari King’s College London Andrew Shennan mengungkapkan kasus penularan Covid-19 dari ibu kepada bayinya selama masa kandungan jarang ditemukan. Pada 244 bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi korona, 95 persen di antaranya tidak memiliki gejala mengidap Covid-19. “Wanita dapat tetap diyakinkan bahwa kehamilan bukan merupakan faktor risiko yang signifikan bagi mereka atau bayi mereka dengan Covid-19,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement