REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Arab Saudi akan menjadi negara yang mendapatkan pengembangan vaksin Covid-19 dari Rusia. Sebelumnya uji coba vaksin pada manusia fase pertama menghasilkan hasil yang menjanjikan oleh Rusia.
Uji coba fase pertama selama satu bulan terhadap 38 orang berakhir pekan ini. Uji coba fase kedua terhadap 100 orang dikabarkan masih tengah berlangsung.
CEO Russian Direct Investment Fund (RDIF) Kirill Dmitriev mengatakan, Arab Saudi kemungkinan menjadi bagian dari uji coba fase ketiga yang melibatkan ribuan orang. Diperkirakan, uji coba itu akan dimulai pada Agustus.
"Kami tidak hanya membahas tahap ketiga uji klinis vaksin Rusia di Saudi," ujar Dmitriev seperti dikutip laman Arab News, Jumat (17/7).
"Rakyat Saudi telah membeli obat kami Avifavir dan kami juga sedang mendiskusikan dengan Arab Saudi produksi vaksin Rusia di wilayahnya," ujarnya menambahkan.
Avifavir adalah obat yang digunakan untuk mengobati bentuk parah influenza, yang telah terbukti efektif dalam uji klinis untuk mengobati Covid-19. Pihak berwenang Saudi juga baru-baru ini membeli persediaan alat uji Covid-19 dari Rusia.
RDIF dan Kerajaan telah bekerja bersama dalam sejumlah proyek investasi. Dmitriev menyambut kolaborasi yang sedang berlangsung dan memuji kemitraan Saudi-Rusia sebagai contoh yang baik dari interaksi positif antar negara.
"Kami percaya bahwa Saudi adalah mitra penting bagi Rusia dan kami menganggap bahwa kami memiliki kerja sama yang sangat baik mengenai vaksin," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa uji klinis dapat dilakukan di Kerajaan. "Kami siap juga untuk membahas produksi obat-obatan (di Arab Saudi) dengan mitra Saudi kami," ujarnya.
Vaksin ini dikembangkan oleh Institut Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya di Moskow, bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Rusia.
Dmitriev mengatakan uji coba awal dalam menemukan vaksin terbilang aman dan dia pun berharap vaksin itu akan disetujui untuk digunakan di Rusia pada Agustus. Jika demikian, vaksin ini bisa menjadi vaksin pertama yang disetujui di dunia. Rusia berencana memproduksi 30 juta dosis dalam negeri tahun ini ditambah lagi 170 juta dosis di tempat lain di dunia, termasuk Amerika Latin dan Timur Tengah.