REPUBLIKA.CO.ID, Islam di Georgia ada sejak 654 M saat orang-orang Arab pertama kali tiba di negara kawasan Eropa Timur ini. Pada 735 M mereka berhasil mendapatkan kekuasaan atas sebagian besar negara tersebut.
Saat itu tentara Arab di masa kekhalifahan Utsman menaklukan Georgia Timur dan mendirikan pemerintahan Islam. Di tahun itu juga Marwan II menguasai Tbilisi dan menempatkan seorang emir Arab.
Selama pemerintahan Arab, Kota Tsibilisi tumbuh menjadi pusat perdagangan Islam di Eropa Utara. Selain itu wilayah ini juga menjadi pos utama Arab sebagai provinsi penyangga saat menghadapi Bizantium dan Khazar. Seiring waktu banyak dari penduduk Tbilisi memeluk Islam.
Pada 1386 dan 1404, Georgia menjadi sasaran invasi tentara Turco–Mongol Timur. Selama tujuh invasi, pasukan ini menguasai ibu kota Georgia, Tbilisi dan menangkap Raja Bagrat V pada 1386.
Pada akhir 1401, Mongol menyerang Kaukasus kemudian Raja Georgia menuntut perdamaian dengan mengirim saudaranya sebagai pertukaran. Saat itu Mongol sedang bersiap untuk menyerang Ottoman.
Mongol pun berusaha mendinginkan situasi dan meminta pasukan bantuan kepada Georgia sebagai syarat perdamaian. Dinasti Safawi di Georgia kemudian terus bersitegang dengan Ottoman karena menguasai Kaukasus. Dari awal abad ke-16 hingga paruh kedua abad ke-18 Safawi terus bersitegang dengan beberapa kerajaan di Gerogia, karena Georgia saat itu bukanlah negara tunggal.
Safawi kemudian berusaha menguasai Kerajaan Kartli dan Kakheti di timur dan kerajaan Samtske dan Saatabago di selatan. Sedangkan Georgia barat dikuasai oleh Ottoman. Kemudian pada 1503 kerajaan ini seluruhnya bergabung dengan Persia.
Pada 29 Mei 1555, Dinasti Safawi dan Kekaisaran Ottoman mengakhiri ketegangan dengan perjanjian di Amasya setelah sebelumnya terjadi peperangan pada 1532 hingga 1555.
Dalam perjanjian tersebut wilayah Kaukasus dibagi dua, Georgia barat dan bagian barat Georgia Selatan jatuh ke tangan Ottoman dan Georgia timur yakni kerajaan Kartli dan Kakheti serta bagian selatan Georgia Setan jatuh ke tangan Safawi Iran.
Pada 1639 kekuasaan Safawi berada di bawah pemerintahan Islam. Di tahun 1703 Kerajaan Kartli dipimpin oleh Vakhtang VI dan pada 1716 diapun mengadopsi aturan Islam. Namun dia harus menghentikan operasi militer.
Belakangan, dia menerapkan aturan pro Rusia dengan harapan mendapatkan bantuan militer. Tetapi ternyata dia gagal mendapatkannya. Selama beberapa abad raja-raja Georgia dan bangsawan memeluk Islam dan menjadi bagian dari Dinasti Safawi, Afsharid dan Qajar.
Saat ini Muslim di Georgia hanya sebanyak 9,9 persen dari seluruh populasinya. Pada sensus 2002 mencapai 433.784 orang. Namun komunitas Muslim di Georgia memperkirakan jumlah Muslim lebih besar sekitar 800 ribu orang.
Pada Juli 2011 lalu Parlemen Georgia mengeluarkan undang-undang baru mengizinkan kelompok minoritas agama yang memiliki hubungan historis dengan Georgia untuk didaftar sebagai agama resmi. Islam termasuk empat agama yang diakui di Georgia.
Masjid yang berada di Georgia pun mendapat pengawasan dari Departemen Muslim Georgia yang didirikan sejak Mei 2011. Sejak saat itu urusan Muslim Georgia pun menjadi tanggung jawab pemerintah yang berada di Baku.
Kelompok Muslim terbesar di Georgia adalah orang Azerbaijan yang tinggal di tiga distrik di sebelah barat daya Georgia berbatasan langsung dengan Azerbaijan. Mereka berjumlah 284.761 orang. Ada juga komunitas kecil Checens dan Avars yang berada di sebeah timur dan timur laut Georgia.
Ada dua kelompok utama Muslim Georgia, yaitu Muslim Adjara Laut Hitam yang berbatasan dengan Turki. Jumlah mereka mencapai 115.261 orang dan kelompok Meskhetian sebanyak 3.000 orang yang berasal dari Soviet, pindah ke Georgia setelah diusir oleh Josef Stalin.
Saat ini Muslim Georgia dipimpin oleh Dewan Muslim Kaukasus. Kepala Dewan Muslim dipimpin oleh Syekh ul Islam Allakhshukur Pashazade. Sedangkan Muslim di Tbilisi dipimpin oleh Ali Aliyef, secara terpisah Ajara dipimpin oleh Jemal Paksadze sejak 2010.
Meskipun Georgia adalah negara Kristen, tetapi satu dari sepuluh warga Georgia adalah Muslim. Islam diketahui telah menyentuh desa-desa etnis Chechnya dan Kist di Pankisi di Georgia sebelah barat laut.
Komunitas Muslim Adjara di Georgia Barat berjumlah 115 ribu orang atau 30 persen dari populasi di wilayah ini. Tidak seperti Azeris, Chechnya atau Kists, Adjaran adalah Muslim etnis asli Georgia. Mereka tinggal di negara di mana Islam dimusuhi. Komunitas Muslim di Georgia harus sering kali membuktikan kesetiaannya kepada negara Georgia.