Jumat 24 Jul 2020 18:41 WIB

Kritik Pemimpin Partai Komunis, Taipan China Ditangkap

Ren disebut telah ditangkap oleh pejabat antikorupsi PKC.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.
Foto: AP/Greg Baker
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Taipan real estate terkemuka dan kritikus vokal terhadap kepemimpinan Partai Komunis China (PKC), Ren Zhiqiang akan menghadapi tuntutan kriminal. Ren berselisih dengan kepemimpinan PKC mengenai masalah prinsip partai, dan menerbitkan artikel yang menentang "Empat Prinsip Utama".

Hingga kini, keberadaan Ren tidak diketahui. Teman-teman Ren mengatakan, dia telah ditangkap oleh pejabat anti korupsi PKC pada Maret lalu di kediaman saudara perempuannya di Beijing. Terlepas dari keanggotaannya, Ren adalah seorang yang berani mengkritik PKC sehingga mendapatkan julukan "Ren the Big Cannon".

Baca Juga

Seperti dilansir South China Morning Post, Jumat (24/7), artikel Ren yang menentang prinsip utama serta kritik keras terhadap PKC beredar di internet sejak Maret. Dalam artikelnya, Ren menuliskan tentang kesalahan pemerintah dalam menangani pandemi virus Corona. Selain itu, cara Beijing dalam mempromosikan keberhasilan dan perluasan kekuasaan Presiden Xi Jinping.

Ren tidak secara spesifik menyebut nama Xi dalam artikelnya. Dia menulis sebuah perumpamaan yakni "kaisar" dan "juru mudi" yang mengarahkan pertarungan Cina dalam melawan pandemi virus Corona. Ren dituding telah menjelek-jelekan citra PKC dan tidak jujur selama menjalani penyelidikan di internal partai.

Teman-teman Ren mengatakan, mereka telah kehilangan kontak dengan Ren sejak Maret. Satu bulan kemudian, pengawas anti-korupsi PKC mengumumkan bahwa Ren sedang diselidiki. Ren dituduh menggunakan uang publik untuk keperluan pribadi seperti keanggotaan klub golf dan makan malam mewah.

Ren memimpin Huayuan Group, yakni sebuah perusahaan milik negara yang berbasis di Beijing hingga 2011. Setelah itu, Ren memimpin Huayuan Property Company yang sudah terdaftar di bursa saham. Lebih dari 40 persen saham perusahaan yang dipegang oleh Group Huayuan adalah milik negara.

Selama tiga tahun terakhir, Ren menghabiskan sebagian besar waktu di kediamannya di Beijing dan berada dalam pengawasan ketat sebelum akhirnya ditangkap. Sejumlah bukti telah diserahkan ke jaksa penuntut untuk penyelidikan lanjut. Teman-teman yang dekat dengan keluarga Ren mengatakan, pendiri Beijing Council International Auction Company , Dong Guoqiang yang merupakan rekan dekat Ren juga sedang diselidiki.

Seorang analis politik independen yang berbasis di Beijing, Wu Qiang mengatakan, tuduhan utama terhadap Ren pada dasarnya bukan korupsi namun mengkritik partai.

Wu menyatakan, Xi dan sejumlah pengusaha papan atas Cina melakukan pertemuan pada Selasa (21/7). Dalam pertemuan itu, Xi meminta para pengusaha untuk lebih patriotik dan memikul tanggung jawab sosial yang lebih besar.

"Saya percaya kedua (peristiwa) ini terkait, dan pertemuan Xi dengan para pemimpin bisnis dimaksudkan untuk meyakinkan mereka bahwa perlakuan apa pun yang diterima Ren tidak akan memengaruhi para wirausahawan," kata Wu yang merupakan mantan dosen ilmu politik di Universitas Tsinghua.

Ren dilahirkan dalam keluarga revolusioner, dan ayahnya Ren Quansheng adalah mantan wakil menteri perdagangan. Dengan koneksi dan kekayaan keluarganya, Ren dianggap berpengaruh di kalangan politik dan bisnis elit.

Sejumlah laporan media telah mendokumentasikan pertemanan Ren dengan para pejabat senior China. Ren menjadi anggota komite kota Beijing hingga 2013. Sebagai seorang pengusaha, Ren kerap menentang berbagai kebijakan pemerintah. Pada 2016, dia secara terbuka menentang pandangan Xi bahwa media pemerintah harus diselaraskan dengan partai. Tak lama kemudian, akun Weibo Ren yang memiliki 37 juta pengikut ditutup.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement