REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, tidak pernah menanyai Presiden Rusia, Vladimir Putin, tentang laporan intelijen yang menyatakan Moskow membayar Taliban untuk membunuh pasukan Washington di Afghanistan. Sebelumnya, dia mengaku tidak mendapatkan laporan tentang kondisi tersebut secara langsung.
"Saya tidak pernah membicarakannya dengan dia," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan "Axios on HBO".
Trump mengaku tidak diberitahu tentang masalah itu sebelum muncul di media pada akhir Juni. Dia bahkan menyebut laporan itu tipuan dan meragukannya kebenarannya, sehingga memilih untuk membahas hal lain saat melakukan panggilan telepon dengan Putin.
"Itu adalah panggilan telepon untuk membahas hal-hal lain, dan terus terang itu adalah masalah yang banyak orang katakan adalah berita palsu," ujar Trump.
Pejabat Gedung Putih tidak membantah bahwa informasi tersebut dimasukkan dalam Catatan Harian Presiden, ringkasan harian dari informasi rahasia, dan analisis tentang keamanan nasional. Beberapa media melaporkan masalah itu dimasukkan dalam catatan presiden pada Februari tetapi Trump mungkin belum membacanya.
"Tidak pernah sampai di mejaku. Anda tahu mengapa? Karena mereka tidak berpikir - intelijen, mereka tidak berpikir itu nyata. Aku tidak keberatan, jika sampai di mejaku, aku akan melakukan sesuatu tentang itu," kata Trump.
Trump mengatakan selalu membaca catatan intelijen harian. "Saya banyak membaca, Anda tahu, saya banyak membaca. Mereka suka mengatakan saya tidak membaca. Saya banyak membaca," katanya.
Laporan New York Times memuat laporan itu pertama kali pada Juni. Dalam berita tersebut menjelaskan bahwa intelijen AS telah menyimpulkan bahwa unit intelijen militer Rusia telah menawarkan pembayaran kepada Taliban hingga 100.000 dolar AS untuk setiap tentara AS atau tentara sekutu yang terbunuh.