Jumat 31 Jul 2020 18:55 WIB

Indonesia Bagian Selatan Diperkirakan Alami Puncak Kemarau

Puncak kemarau di Indonesia selatan itu dipengaruhi penguatan angin Monsun Australia.

[Ilustrasi] Situ Bolang di Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu saat ini kondisinya mengering akibat musim kemarau panjang.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
[Ilustrasi] Situ Bolang di Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu saat ini kondisinya mengering akibat musim kemarau panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia bagian selatan akan segera memasuki periode puncak kemarau. BMKG menyebut potensi puncak kemarau di Indonesia bagian selatan itu dipengaruhi penguatan angin Monsun Australia.

Melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (31/7), BMKG menyatakan angin tersebut mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah benua maritim Indonesia. Musim kemarau kini terjadi pada 69 persen dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia. 

Baca Juga

Menguatnya aliran angin Monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong masa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya. Adapun musim kemarau telah berdampak menimbulkan potensi kekeringan secara meteorologis pada 31 persen ZOM berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut. 

Deret hari kering bervariasi dalam hitungan hari hingga bulan.

BMKG memprediksi Agustus sebagai puncak musim kemarau bagi sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau. Sebanyak 65 persen ZOM akan mengalami puncak musim kemarau tersebut yaitu sebagian besar NTT, NTB, Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, sebagian Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan serta Papua bagian selatan.

Sementara 19 persen ZOM diprediksi mengalami puncak musim kemarau pada September, yaitu meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian selatan, tengah dan timur, Sulawesi bagian barat dan Maluku.

Puncak musim kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dengan curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.

BMKG mengimbau pemerintah daerah, pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta ketersediaan air bersih.

Saat ini kecepatan angin terutama di bagian selatan Jawa dan Bali dilaporkan menunjukkan kecepatan angin yang lebih kuat 10-20 knot. Adapun besaran nilai 1 knot kurang lebih setara dengan kecepatan 0,5 meter per detik atau 1,85 kilometer per jam.

BMKG menyebut kota-kota di bagian selatan Jawa dan Bali juga menunjukkan suhu udara yang relatif lebih dingin sedikit dibanding bagian utara, misalnya pada siang hari Lombok. Sebagai gambaran ketika siang hari di Denpasar berada dalam suhu 26-28 derajat Celcius maka pada saat yang sama di Semarang, Jakarta, Surabaya 30-31 derajat Celcius. 

Sedangkankan pada malam hingga pagi hari, suhu minimum tercatat pada 29 Juli terendah 10,4 derajat Celcius di Ruteng (NTT), Malang dan Bandung 17 derajat Celcius serta Padang Panjang 18 derajat Celcius.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement