REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan sebenarnya daging qurban seperti kambing dan sapi mengandung lemak yang dibutuhkan tubuh. Kendati demikian, masyarakat yang menerima daging diharapkan tidak mengonsumsinya berlebihan.
Konsumsi daging berlebihan bisa memicu penyakit, utamanya yang memiliki penyakit asam urat dan tidak melakukan gerakan masyarakat hidup sehat (germas). Ketua Dewan Pertimbangan IDI Zubairi Djoerban menjelaskan manusia memerlukan makanan sebagai sumber nutrisi karena tubuh membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan yang lain.
Bahkan, ia menyebutkan daging qurban seperti kambing yang kolestrolnya lebih rendah daripada daging babi. "Jadi, aman kalau mengonsumsi daging qurban yang sudah diolah seperti tongseng, gulai, atau sup. Tetapi kalau mengonsumsinya berlebihan juga tidak baik karena meski dagingnya oke, jeroannya kan tinggi asam urat," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (2/8).
Karena itu, ia meminta orang yang memiliki riwayat penyakit asam urat supaya tidak mengonsumsi daging termasuk kambing terlalu banyak. Zubairi menyarankan orang yang memiliki kolesterol tinggi jangan menyantap hidangan yang berlemak.
Ia juga meminta masyarakat hati-hati saat mengkonsumsi sate. Ketika daging dipertemukan dengan api ternyata tidak terlalu baik menurut kesehatan karena mengandung zat seperti arang dan senyawa-senyawa lainnya yang kurang baik untuk kesehatan.
"Meski makan sate diperbolehkan tetapi dibatasi saja," katanya.
Selain mengatur makanan, masyarakat diminta berolahraga teratur yaitu
dalam sepekan selama 150 menit. Zubairi juga merekomendasikan konsumsi sayur tiga kali sehari dan makan buah tiga kali sehari. Di usia tertentu seharusnya kita melakukan check up kesehatan.
"Karena yang berbahaya adalah kalau makan hanya daging tetapi di satu sisi tidak olahraga, tidak makan buah, dan tidak merokok," ujarnya.