Kamis 13 Aug 2020 21:15 WIB

Rohingya, Pewaris Negeri Arakan (2-Habis)

Arakan adalah dataran di sepanjang pantai timur Teluk Benggala.

Red: Muhammad Hafil
Rohingya, Pewaris Negeri Arakan (2-Habis). Foto: Puluhan ribu pengungsi Rohingya memperingati tahun kedua peristiwa genosida Myanmar yang menyebabkan eksodus mereka di Kamp Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh, Ahad (25/8).
Foto: Rafiqur Rahman/Reuters
Rohingya, Pewaris Negeri Arakan (2-Habis). Foto: Puluhan ribu pengungsi Rohingya memperingati tahun kedua peristiwa genosida Myanmar yang menyebabkan eksodus mereka di Kamp Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Islam dalam ranah politik dan budaya di Arakan dimulai pada abad ke-15 pada masa Raja Narameikhla (1404- 1434 M). Pada 1406 M, Raja Nara meikhla terusir oleh invasi Kerajaan Burma sehingga melarikan diri ke Gaur, ibu kota Kesultanan Bengal. Raja Buddha itu diterima dengan baik oleh penguasa Muslim Bengal. Ia diberi jabatan sebagai perwira tentara oleh Sultan Ahmed Shah. Raja Arakan itu menghabiskan sebagian besar hidupnya di Bengal, meninggalkan negaranya di ta ngan orang-orang Burma. Akhirnya pada 1430, ia dikembalikan ke tahta Arakan dengan bantuan tentara Bengal yang dikirim oleh Sultan Muhammad Shah Jalaiuddin.

Sejak 1430, Kerajaan Arakan mem be ri kan upeti ke Kesultanan Bengal. Raja menggunakan gelar Sulaiman Shah dan juga tulisan syahadat pada koin mata uang kerajaan. Meskipun Buddha memenga ruhi raja-raja Arakan dalam hal agama, namun beberapa ajaran Islam ada dalam diri mereka. Penulis buku History of Burma GE Hervey menyatakan bahwa sudah menjadi tradisi bagi raja-raja Buddha di Arakan untuk menggunakan sebutan nama Muslim setelah nama mereka sendiri.

Baca Juga

Praktik mencontoh tradisi Mughal dan Bengal ini dilakukan para raja Arakan sampai paruh pertama abad ke- 17 karena mereka tak hanya ingin dianggap sebagai raja Buddha, tetapi juga karena ada Muslim dalam jumlah yang semakin besar di antara rakyat mereka. Selama pemerintahannya, perkembang an yang tak terduga terjadi dan membuka jalan bagi sebuah periode dominasi Muslim di tanah Arakan.

Narameikhla kemudian memindah kan ibu kota dari Longyyet ke Mrohaung, dekat perbatasan dengan Bengal tempat ia mendirikan sebuah dinasti baru yang dikenal sebagai Dinasti Mrauk U. Mereka membentuk koloni di Arakan dan daerah sekitar pesisir utara Chittagong, serta membangun Masjid Sandi Khan di Mrohaung. Secara bertahap, masyarakat Muslim campuran dan budayanya berkembang di sekitar ibu kota.