REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Epidemiolog dan juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Defriman Djafri meminta pemerintah dan juga elemen masyarakat untuk terus mengedukasi penerapan protokol kesehatan. Di saat pandemi belum berakhir, dan vaksin belum ditemukan cara terbaik memutus mata rantai penularan virus Corona hanyalah membentengi diri sendiri dengan protokol kesehatan.
Di antaranya dengan memakai masker secara benar, mencuci tangan secara berkala dan selalu menjaga jarak dengan orang lain. "Ini (edukasi protokol kesehatan) yang kita tidak boleh putus asa. Promosi kesehatan harus seimbang dengan upaya testing, tracking dan isolasi," kata Defriman kepada Republika.co.id, di Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unand, Selasa (18/8).
Defriman menjelaskan sejak awal pandemi masuk ke Indonesia termasuk di Sumatra Barat, ada hal yang terluput dari perhatian pemerintah. Ada sejumlah daerah yang memiliki sistem kesehatan belum mumpuni dan belum siap menghadapi gelombang demi gelombang covid-19.
Selain itu, ada kegagalan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai virus corona jenis baru ini. Adanya pemahaman yang tidak sepenuhnya sampai kepada masyarakat, berakibat pada rendahnya kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan. Akibatnya setelah sempat mereda, kasus covid-19 di Sumbar kembali mengalami lonjakan.
Defriman membeberkan ada beberapa oknum kepala daerah yang pesimis dengan mengatakan promosi kesehatan tidak efektif di masa pandemi. Menurut Dekan FKM Unand itu dari sudut pandang Kesmas, tak pernah ada kata terlambat dalam melakukan promosi kesehatan. "Mau di awal, mau di tengah, mau di akhir, edukasi dan promosi kesehatan harus kita masifkan," ujar Defriman.
Pentingnya mematuhi protokol kesehatan adalah karena saat ini arus pergerakan orang sudah kembali dibuka sejak new normal. Yang paling mengkhawatirkan adalah pergerakan orang tanpa gejala (OTG).
Kemudian yang dikhawatirkan Defriman adalah jumlah pasien positif covid-19 lebih banyak ditangani dengan isolasi mandiri. Isolasi mandiri masih berpeluang menularkan Covid-19 kepada orang-orang di sekitarnya karena pengawasan tidak seketat bila ditangani dengan isolasi di rumah sakit atau karantina di fasilitas pemerintah.