Senin 24 Aug 2020 09:54 WIB

Jubir Atom: Kebakaran Fasilitas Nuklir Iran Akibat Sabotase

Kebakaran menyebabkan kerusakan signifikan sehingga perlambat pengayaan uranium.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Badan Tenaga Atom Iran merilis foto situs nuklir Natanz yang terbakar, 2 Juli.
Foto: Badan Tenaga Atom Iran via AP
Badan Tenaga Atom Iran merilis foto situs nuklir Natanz yang terbakar, 2 Juli.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, menyatakan, kebakaran di fasilitas nuklir Natanz Iran bulan lalu adalah hasil sabotase, Ahad (23/8). Kebakaran menyebabkan kerusakan signifikan yang dapat memperlambat pengembangan sentrifugal pengayaan uranium.

"Ledakan di fasilitas nuklir Natanz adalah akibat dari operasi sabotase, otoritas keamanan akan mengungkapkan pada waktunya alasan di balik ledakan itu," kata Kamalvandi  kepada saluran televisi negara al-Alam.

Baca Juga

Badan keamanan tertinggi Iran pada Juli mengatakan bahwa penyebab kebakaran telah diketahui, hanya saja akan diumumkan kemudian hari. Pengumuman tersebut membuka dugaan kembali dugaan sabotase yang dilakukan secara daring.

Sebuah artikel oleh kantor berita Iran IRNA pada Juli membahas kemungkinan sabotase oleh musuh seperti Israel dan Amerika Serikat, meskipun tidak menuduh keduanya secara langsung. Teheran berjanji akan membalas terhadap negara mana pun yang melakukan serangan semacam itu.

Situs pengayaan uranium Natanz yang sebagian besar berada di bawah tanah adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Kepala IAEA, Rafael Grossi, mengatakan akan melakukan perjalanan pertamanya ke Teheran untuk menekan Iran agar memberikan akses kepada pengawas ke dua bekas situs atom yang dicurigai pada Senin (24/8).

IAEA mencurigai aktivitas yang mungkin terkait dengan pengembangan senjata nuklir dilakukan pada awal 2000-an di situs-situs tersebut. Iran menegaskan program nuklirnya tidak digunakan untuk kekuatan militer. "Iran tidak menentang akses ke fasilitas nuklirnya, tetapi pertanyaan dan tuduhan IAEA harus didasarkan pada bukti dan dokumen yang serius,” kata Kamalvandi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement