REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin menyatakan bahwa pihaknya bersikap sangat berhati-hati dalam mendukung penggunaan plasma penyintas Covid-19 untuk mengobati orang yang sakit. WHO mengatakan, bukti bahwa plasma mampu menyembuhkan "berkualitas rendah", bahkan di saat Amerika Serikat mengeluarkan otorisasi darurat untuk terapi tersebut.
"Ada sejumlah uji klinis yang dilakukan di seluruh dunia yang mengamati dampak penggunaan plasma pasien yang sembuh dibandingkan dengan perawatan standar," kata Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO.
"Hanya sedikit dari mereka yang benar-benar melaporkan hasil sementara ... dan saat ini, kualitas bukti masih sangat rendah," katanya dalam konferensi pers.
Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat, Ahad, mengatakan bahwa pihaknya mengizinkan penggunaan plasma darah dari penyintas Covid-19 sebagai pengobatan penyakit tersebut. Hal itu disampaikan sehari setelah Presiden Donald Trump menyalahkan FDA karena menghalangi peluncuran vaksin dan obat Covid-19 demi alasan politik.
Pengumuman "otorisasi penggunaan darurat" oleh FDA juga datang menjelang Konvensi Nasional Partai Republik, di mana Trump akan dicalonkan untuk memimpin partainya kembali selama empat tahun.