Sabtu 29 Aug 2020 02:10 WIB

Jerman Serukan Turki-Yunani Redakan Ketegangan

Sama seperti Turki, Yunani bertekad mempertahankan kedaulatan dan teritorialnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Kanselir Jerman Angela Merkel menyadari ketegangan antara Turki dan Yunani terjadi karena hak mengenai eksplorasi sumber daya atau energi lepas pantai di Mediterania Timur.
Foto: Kay Nietfeld/dpa via AP
Kanselir Jerman Angela Merkel menyadari ketegangan antara Turki dan Yunani terjadi karena hak mengenai eksplorasi sumber daya atau energi lepas pantai di Mediterania Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan Turki dan Yunani melakukan dialog untuk meredakan ketegangan yang melibatkan kedua negara di Mediterania Timur. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas telah terlebih dulu berusaha memediasi Ankara dan Athena.

“Saya berusaha mengurangi ketegangan. Terkadang ini hanya mungkin dengan kedua belah pihak berbicara berulang kali," kata Merkel dalam konferensi pers pada Jumat (28/8), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Merkel menyadari ketegangan antara Turki dan Yunani terjadi karena hak mengenai eksplorasi sumber daya atau energi lepas pantai di Mediterania Timur. "Pembahasan zona ekonomi hanya bisa dilakukan bersama-sama. Jerman sedang berupaya untuk ini," ucapnya.

"Sebagai negara anggota Uni Eropa, kita semua memiliki kewajiban untuk menganggap serius hak teman kita Yunani dan mendukung mereka di tempat yang benar," kata Merkel.

Merkel mengungkapkan, dia membahas hubungan dengan Turki secara intens dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. "Hubungan ini memiliki banyak segi. Turki adalah sekutu NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Sengketa ini terjadi antara dua anggota NATO. Untuk itu, hal-hal dalam aliansi ini perlu diperjelas," ujarnya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan, negaranya tidak akan membuat konsesi di wilayah perairan Mediterania Timur. Turki akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memperoleh haknya di Laut Hitam, Aega, dan Mediterania.

"Kami tidak mengawasi wilayah, kedaulatan, dan kepentingan orang lain, tapi kami tidak akan membuat konsesi atas apa yang menjadi milik kami," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Yunani, dikutip laman Aljazirah, Rabu (26/8).

Erdogan memperingatkan Yunani agar tidak melakukan kesalahan yang dapat membuka jalan menuju kehancuran. "Kami tidak akan mengompromikan apa yang menjadi milik kami. Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan," ujar Erdogan.

Sama seperti Turki, Yunani bertekad mempertahankan kedaulatan dan teritorialnya. "Yunani akan mempertahankan atas nama hukum kedaulatan dan hak kedaulatannya. Yunani akan mempertahankan perbatasan nasional dan Eropa. Ia tidak punya pilihan lain selain melakukannya," kata Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias.

Ketegangan di perairan Mediterania Timur meningkat setelah Turki mengirim kapal survei Oruc Reis ke wilayah tersebut bulan ini. Yunani memandang langkah tersebut ilegal. Perairan Mediterania Timur memang dipersengketakan oleh kedua negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement