REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prestasi Tetty Melina yang menjadi Brigadir Jenderal TNI AD menjadi berita paling banyak dibaca pembaca Republika.co.id, Jumat (29/8). Fakta bahwa jilbab yang dikenakan Tetty tidak menghalanginya meraih prestasi tinggi, menjadi faktor utama berita tersebut jadi jawara di top 5 news Republika.co.id
Di posisi kedua ada berita soal GP Ansor dan Banser yang menyambangi Yayasan Al Hamidy-Al Islamiyah yang diduga menganut paham khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). GP Ansor sendiri sudah membantah melakukan persekusi terhadap Yayasan Al Hamidy.
Berikut top 5 news Republika.co.id pada Jumat, 29 Agustus 2020:
1. Jilbab tak Halangi Tetty Melina Jadi Jenderal Bintang Satu
Menjadi perempuan berjilbab dengan pangkat sebagai brigadir jenderal TNI AD merupakan prestasi bagi Tetty Melina. Dia menegaskan, jilbab bukanlah hal yang perlu dianggap sebagai penghalang karier di dunia militer.
Menurut dia, selama ada kemauan, usaha, dan tekad yang kuat, seseorang akan meraih cita-citanya. “Fotografer saya, anak-anak buah saya, ada juga yang berjilbab. Jadi, jilbab tak sama sekali menjadi penghalang karier di dunia militer,” kata Tetty kepada Republika di kantor Ditkumad, Jakarta, belum lama ini.
Di sisi lain, Tetty juga menceritakan pengalamannya dalam mengatur ritme karier dan keluarga. Ibu dari dua orang anak ini mengaku sangat mensyukuri perannya sebagai ibu di rumah dan memiliki rekan hidup seperti suaminya yang saling mengisi satu sama lain.
Baca berita selengkapnya di sini
2. Banser Gerebek Yayasan, Waketum MUI: Ke Non-Muslim Toleransi
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi memantau penggrebekan yang dilakukan GP Ansor dan Banser Bangli, Pasuruan pada Yayasan Al Hamidy-Al Islamiyah yang diduga menganut paham khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Muhyiddin mengingatkan agar Muslim mengedepankan dialog sesuai ajaran Alquran dan Sunnah.
Muhyiddin memandang sesama umat Islam seharusnya mengutamakan jalan damai dan kemaslahatan. Ia meyakini ajaran Islam penuh muatan nilai, norma terkait toleransi dan saling memaafkan dengan pendekatan persuasif dan komunikasi yang intensif.
"Jika kepada non-Muslim kita mampu menunjukan toleransi dan kedewasaan, kok sesama umat Islam justru bertolak belakang," kata kiai Muhyiddin pada Republika.co.id, Kamis (27/8).
Baca berita selengkapnya di sini.