Rabu 02 Sep 2020 10:21 WIB

Menebar Kasih Sayang di Bulan Muharram

Muharram dikenal sebagai bulan kasih sayang untuk anak yatim.

Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Muhammad Hafil
Menebar Kasih Sayang di Bulan Muharram. Foto: Ilustrasi peristiwa hijrah.
Foto: republika.co.id
Menebar Kasih Sayang di Bulan Muharram. Foto: Ilustrasi peristiwa hijrah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Muharam 1442 Hijriyah telah tiba. Inilah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah SWT. Muharam dikenal sebagai bulan kasih sayang bagi anak-anak yatim. Umat Islam memang dianjurkan untuk selalu menebar kasih sayang kepada semua orang. Sebab, Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang.

Syekh Mahmud al-Mishri dalam bukunya bertajuk Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW,  mengungkapkan, hati setiap orang Mukmin secara alamiah memiliki sifat kasih sayang kepada orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dengan menyayangi orang lain, maka seorang Muslim akan memperoleh balasan kasih sayang yang jauh lebih besar dan lebih luas di dunia dan akhirat.

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Allah hanya akan menyayangi hamba yang menyayangi (makhluk-Nya).'' (HR Bukhari Muslim).  Cendekiawan Muslim, Nurcholis Madjid dalam Ensiklopedi Nurcholis Madjid, mengungkapkan, kasih sayang Allah kepada manusia memang tidak diberikan secara gratis.

''Ada syarat-syarat yang dapat dilakukan seseorang, di antaranya dengan memberikan dan menampakkan kasih sayang kepada sesama manusia,'' tutur Cak Nur.  Setiap orang yang menyayangi orang lain, seperti dijanjikan Rasulullah SAW, akan disayang oleh Sang Khalik, Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, ''Orang-orang yang menyayangi (orang lain) pasti akan disayangi Allah. Sayangilah setiap penduduk bumi, niscaya engkau akan disayang para penghuni langit.'' (HR Abu dawud dan Tirmidzi; hadis  sahih). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW memastikan bahwa Allah SWT tak akan menyayangiseorang yang tak menyayangi manusia.

''Sifat penyayang merupakan pertanda kelapangan dada, kelembutan hati, kepribadian yang tinggi,'' tutur Syekh Mahmud al-Mishri.  Menurut dia, seseorang yang berakhlak mulia akan mengetahui kebenaran secara nyata da menyayangi seluruh manusia serta seluruh makhluk. Sifat penyayang merupakan tanda seorang yang beriman.

''Kalian tak dianggap beriman  hingga kalian saling menyayangi,'' begitu sabda Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud RA. Pada suatu kesempatan, para sahabat berkata, ''Wahai Rasulullah, kami semua adalah penyayang.'' Lalu Nabi Muhammad SAW kembali bersabda:

''Kasih sayang yang dimaksud bukanlah kasih sayang di antara kalian saja, melainkan kasih sayang kepada seluruh manusia dan seluruh makhluk.'' (HR Thabrani; hadis sahih). Itulah mengapa, Islam mengklaim diri sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam. Sebab, seorang Muslim tak hanya harus mencintai saudaranya, tapi sesama manusia dan semua makhluk di bumi ini meliputi; alam, hewan serta tanaman dan pohon-pohonan.

Syeikh Mahmud al-Mishri mengutip pernyataan Ibnu Qayyim, ''Kasih sayang adalah sifat yang menularkan manfaat dan maslahat kepada orang lain, meski kadang terlihat seperti mempersulit diri sendiri atau melakukan sesuatu yang tak disukai. Inilah kasih sayang yang hakiki.''

Menurut Ibnu Qayyim, orang yang paling menyayangimu adalah orang yang mau bersusah payah untuk mempersembahkan kemudahan bagimu dan menjauhkanmu dari bala yang dapat mendatangimu.  Menurut Syeikh Mahmud al-Mishri, sungguh banyak kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada mahluk-Nya. Sungguh, nikmat Allah  SWT itu tak akan pernah dapat dihitung.

Cak Nur pernah mengungkapkan, kasih sayang Allah kepada hamba tidak selalu bersifat material, dalam arti mendapatkan rezeki yang melimpah. ''Bahkan, perlu direnungkan bahwa limpahan rezeki itu boleh jadi bukan merupakan limpahan rahmat, melainkan sebaliknya, yakni laknat,'' papar Cak Nur.

Dalam Alquran, papar Cak Nur, kondisi seperti itu disebut istidraj, yakni sikap pengabaian  dan ketidakpedulian Allah SWT, terhadap hamba-Nya, sehingga tanpa disadari, dia akan terus terpuruk dan pada akhirnya akan mengalami kehancuran. ''Karena itu, kasih sayang Allah yang sebenarnya adalah apa yang ditunjukkan pada hari kiamat nanti,'' tutur Cak Nur.

Allah SWT berfirman dalam surat al-An'am ayat 12, ''... Dia telah menetapkan dalam Diri-Nya sifat kasih sayang. Pasti Ia menghimpun kamu pada hari kiamat yang tak dapat diragukan lagi. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.''

Menurut Syekh al-Mishri, ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya merupakan salah satu bukti  kasih sayang Sang Khalik. Ujian bisa menjadi sarana untuk menghapus dosa dan mengangkat derajat sang hamba di surga.  Rasulullah SAW bersabda, ''Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap seorang hamba, maka Dia akan mengujinya.'' (HR Bukhari; hadis sahih).

Begitu sempurna dan indahnya ajaran agama Islam.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement