REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Yoshihide Suga, kandidat yang memimpin untuk menjadi perdana menteri Jepang berikutnya, mengusulkan perlindungan asuransi untuk perawatan kesuburan yang berbiaya mahal. Pada pidato pencalonan untuk posisi perdana menteri, Selasa (8/9), Suga mengatakan tingkat kelahiran yang rendah di negara itu merupakan tantangan jangka panjang, dan berjanji untuk menciptakan 'lingkungan di mana perempuan dapat tetap sehat dan berperan aktif dalam masyarakat'.
“Untuk mendukung rumah tangga yang menginginkan persalinan secara luas, kami akan membuat pengobatan infertilitas berlaku untuk asuransi,” kata Suga.
Pernyataan Suga itu menaikkan saham perusahaan perawatan kesuburan, salah satunya ASKA Pharmaceutical Co Ltd naik 16 persen.
Kebijakan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi dan politik, yang dijuluki womenomics, adalah pilar dari upayanya untuk mengatasi tingkat kelahiran yang rendah di Jepang dan populasi yang menua.
Akan tetapi, kesenjangan gender Jepang melebar di bawah pemerintahan Abe, dan tingkat kelahiran negara itu mencapai rekor terendah tahun lalu.
Pemerintahan Abe, yang menyebut populasi yang menua dengan cepat dan penurunan jumlah kelahiran sebagai krisis nasional, memperkenalkan pendidikan prasekolah gratis dan layanan penitipan anak untuk anak-anak sejak tahun lalu.
Namun, pemerintah masih menghadapi kritik bahwa para ibu yang bekerja berada dalam daftar tunggu yang lama agar anak-anak mereka diterima.
Sementara ia berencana untuk mengadopsi kebijakan Abe yang ada di berbagai bidang mulai dari ekonomi hingga respons terhadap pandemi virus corona, Suga mengatakan dukungan perawatan kesuburan akan menjadi salah satu janji kampanyenya.