Kamis 10 Sep 2020 20:54 WIB

Alasan Inggris Bayar Influencer untuk Sosialisasi Covid-19

Pemerintah Inggris melibatkan bintang reality show "Love Island".

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Influencer (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Influencer (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jika digunakan dengan benar, influencer media sosial (medsos) bisa menjadi agen efektif perubahan sosial yang positif. Seperti dilansir di laman The Conversation, Kepala Akademik dalam Pemasaran, Universitas Bournemouth, Elvira Bolat mengatakan Pemerintah Inggris mengambil langkah berani dengan bekerja sama dengan influencer untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Pemerintah Inggris membayar beberapa influencer dan bintang reality show televisi untuk mempromosikan tes NHS dan layanan pelacakan. Keduanya merupakan sistem yang digunakan ketika seseorang dites positif Covid-19. Tujuannya untuk mencari tahu siapa lagi yang berisiko usai melakukan kontak dengan mereka.

Sayangnya layanan tersebut gagal ditayangkan. Ada berbagai faktor penyebabnya, salah satunya keengganan publik untuk membagikan detail kontaknya.

Saat sistem gagal mencapai target selama sembilan pekan berturut-turut, Pemerintah Inggris memutuskan untuk mengubah strategi. Hal ini terjadi ketika mereka mendatangkan influencer seperti bintang "Love Island" yakni Shaughna Phillips, Josh Denzel, dan Chris Hughes.

Phillips, yang memiliki 1,5 juta pengikut di Instagram, mengunggah fotonya bersama seorang teman. Mereka mengingatkan para pengikutnya bahwa cara terbaik untuk kembali melakukan hal-hal yang disukai adalah dengan menjalani tes virus corona.

Dia mengingatkan penggemar, layanan pengujian dan penelusuran benar-benar gratis, cepat, dan sangat penting untuk menghentikan penyebaran virus corona. Phillips pun memberi tahu mereka tentang pengalamannya menggunakan layanan tersebut.

Phillips, layaknya influencer lain yang terlibat dalam kampanye ini, dibayar untuk unggahannya. Meskipun Pemerintah Inggris belum mengungkapkan berapa banyak yang dihabiskan untuk kampanye tersebut, mereka mengeklaim lebih dari tujuh juta orang telah dihubungi dengan pesan tersebut.

Biasanya, seorang mega-influencer yang memiliki lebih dari satu juta pengikut akan dibayar sekitar 10 ribu pound sterling (Rp 193 juta) per postingan jadi. Tentu saja, ada perdebatan tentang apakah uang pembayar pajak harus digunakan dengan cara ini.

Namun, pesan kesehatan masyarakat yang tepat tidak selalu menjangkau kaum muda. Mereka sering kali kurang terlibat dengan saluran komunikasi tradisional arus utama seperti televisi, radio, dan pers. Membayar influencer populer untuk mempromosikan pesan kesehatan masyarakat yang kredibel adalah alternatif asli jika pemerintah ingin menjangkau kaum muda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement