REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyarankan agar pilkada serentak 2020 ditunda lantaran banyak yang melanggar protokol kesehatan, baik calon kepala daerah, relawan, tim sukses. Apalagi, kasus positif Covid-19 di Indonesia kian mengkhawatirkan.
"Jangan korbankan nyawa rakyat demi menyelamatkan demokrasi," kata Pangi kepada Republika, Ahad (13/9).
Ia juga memandang sulit pilkada digelar di tengah situasi pandemi saat ini. Pangi khawatir pilkada serentak 2020 memunculkan cluster Covid-19.
Selain itu, kemampuan daya tahan tubuh calon kepala daerah juga diuji pada pilkada ini. "Sekarang saja sudah hampir 100 calon kepala daerah positif Corona," ungkapnya.
Dia mengatakan, Covid-19 belum memilki anti-virus, sedangkan aturan yang ada juga terkesan masih bisa kompromi. "Jauh lebih penting menyelamatkan nyawa rakyat ketimbang elektoral," ujarnya.
Ia pun berharap sanksi tegas bagi pelanggar protokol kesehatan ditegakkan. Jika tidak maka regulasi untuk mengurangi ruang gerak mereka untuk tidak berkerumun, konvoi, arak-arakan tidak akan berhasil.
"Belum diatur regulasi dan macam-macam. Klaster covid pilkada tetap nggak punya alasan untuk membunuh nyawa, jangan sampai demi demokrasi, nyawa rakyat jadi tumbal," tuturnya.