REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Sebuah "hubungan yang semakin konfrontatif" antara Turki dan Uni Eropa (UE) tidak akan menawarkan solusi apa pun untuk masalah terkait Mediterania Timur, ungkap kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa pada Selasa.
"Jelas bahwa solusi tidak akan datang dari hubungan yang semakin konfrontatif. Kami tidak menginginkannya. Turki adalah tetangga penting bagi UE, dan kami tidak akan mengubah geografi, dan selamanya akan tetap demikian," kata Josep Borell saat berbicara di Parlemen Eropa.
Borell mengatakan kekaisaran lama akan datang kembali dan ini menciptakan lingkungan baru. "Kerajaan akan kembali. Setidaknya ada tiga dari mereka. Yakni Rusia, China, dan Turki, mereka kerajaan besar di masa lalu. Mereka kembali dengan pendekatan pada lingkungan terdekat mereka dan secara global. Turki adalah salah satu elemen yang mengubah lingkungan kita," ungkap dia.
Borell mengatakan lebih banyak upaya diperlukan untuk menyelesaikan krisis di Mediterania Timur karena dirinya telah melakukan upaya untuk mengurangi ketegangan selama musim panas. Dia juga mengatakan menghentikan aktivitas kapal bor Turki Oruc Reis di Mediterania Timur adalah "langkah ke arah yang benar".
"Ini memberikan kami harapan bahwa ini akan mengarah pada langkah-langkah lebih lanjut menuju dialog, karena, kami tidak akan menyelesaikannya dengan cara militer, tetapi melalui dialog dan negosiasi," imbuh dia.
Borell mengatakan pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa pada 21 September dan pertemuan Dewan Uni Eropa pada 24 September juga akan membahas Mediterania Timur, menambahkan bahwa blok tersebut dalam solidaritas dengan Yunani dan otoritas Siprus Yunani.
Dalam pertemuan ini, akan ada banyak opsi di atas meja jika tidak ada kemajuan dengan Turki, sebut dia.
Borell meminta dukungan Parlemen Eropa untuk mengurangi ketegangan dengan Turki, dia juga mengatakan hal lain akan merusak upaya untuk menyelesaikan masalah Siprus. Borell juga mengatakan Turki adalah mitra kunci di banyak bidang.
“Akan sulit untuk percaya bahwa kita dapat menyelesaikan arus migrasi tanpa bantuan Turki,” ujar dia.
Ketegangan di kawasan itu telah tinggi sejak Turki melanjutkan eksplorasi energi di Mediterania Timur bulan lalu, setelah Yunani dan Mesir menandatangani kesepakatan pembatasan maritim yang kontroversial, menolak isyarat niat baik Ankara untuk menghentikan pencarian sebelumnya.
Meski mendapat tentangan dari Yunani dan beberapa negara lain, Turki telah berulang kali memperluas eksplorasi energi kapal penelitiannya, Oruc Reis, di suatu daerah di dalam landas kontinen Turki.
Turki secara konsisten menentang upaya Yunani untuk mendeklarasikan zona ekonomi eksklusif yang berbasis di pulau-pulau kecil di dekat pantai Turki, melanggar kepentingan Turki, negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania.
Ankara juga menekankan sumber daya energi di dekat pulau Siprus harus dibagi secara adil antara Republik Turki Siprus Utara dan pemerintahan Siprus Yunani.