REPUBLIKA.CO.ID, Ginjal memnduduki peran penting dalam anatomi manusia. Demikian pula saluran urine. Fungsi ginjal dan saluran urine berkait kelindan.
Maka itu, menurut Mohammad R Ardalani dan R Shane Tubbs pada buku Disease of the Kidney in Medieval Persia, Abubakr al-Akhawayni al-Bukhari melakukan penelitian dan beragam percobaan untuk memahami seluk-beluk kedua organ itu serta bagaimana menangani gangguannya.
Berdasarkan hasil penelitian dalam karyanya Hidayat al-Mualimin fi al-Tibb, Al-Akhwayni menemukan bahwa manusia memiliki dua buah ginjal. Satu berada di pinggang kiri dan satu lagi di pinggang kanan. Letak keduanya dekat dengan tulang belakang dan otot posterior. Ia menuturkan, masing-masing ginjal dilindungi oleh semacam lemak.
Ginjal sebelah kanan lebih panjang dibandingkan ginjal kiri. Juga lebih dekat dengan hati. Menurut al-Akhawayni, permukaan ginjal cukup tebal, namun di dalamnya ada semacam ruang berisi cairan. Ia pun menduga tiap ginjal punya saluran menuju ke hati.
Satu saluran lagi mengarah ke saluran urine. Ginjal memiliki fungsi sangat vital, yakni mencuci sisa kotoran dari air atau darah, juga garam dan sisa makanan dari tubuh. Sirkulasi darah yang telah mengalami filterisasi terjadi di organ ini. Hasil dari proses ini yakni keringat serta urine.
Cairan urine, sambung dia, mengalir dari kedua ginjal ke pipa tipis yang disebut uretes bladder. Di sana, urine itu ditampung sebelum akhirnya dibuang. Ia mengatakan, masih banyak fungsi ginjal lainnya, di antaranya membantu mengatur tekanan darah. Ginjal juga mampu mengatur produksi sel darah merah dalam tulang.
Al-Akhawayni berhasil pula menjelaskan anatomi sistem urine. Menurutnya, sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga cairan urine tidak dapat berbalik arah setelah keluar dari kedua ginjal. Itulah yang menjaga tubuh dari gangguan saluran urine. Ini merupakan deskripsi akurat yang dilakukannya.
Sama dengan pemikiran Galen, dokter legendaris dari Yunani. Lima ratus tahun sebelumnya, Galen (130-200) dan Rufus dari Ephesus telah menuliskan risalah terkait mekanisme ginjal dan saluran urine. Konsep itu diadopsi oleh dokter Muslim terkemuka, al-Razi, kemudian disempurnakan oleh al-Akhawayni.
Dalam pengembangan konsep itu, al-Akhawayni memberikan gambaran tentang denyut jantung yang dinilai para ilmuwan sebagai temuan orisinil. Lebih jauh ia mengingatkan, karena fungsinya yang penting, kesehatan ginjal harus benar-benar dijaga. Sebab, apabila sudah terjadi gangguan, akan sulit untuk disembuhkan kembali.
Ginjal, kata dia, dapat mengalami masalah serius, terutama jika tidak bisa lagi berfungsi normal, atau kelainan pada ginjal dan gangguan batu ginjal yang bisa berpengaruh pada sistem saluran urine. “Untuk mencegah munculnya gangguan pada ginjal, kita harus banyak minum, terutama air putih,” ujarnya.
Al-Akhawayni mengungkapkan, konsumsi air putih bisa membantu mempertahankan kinerja ginjal. Dengan bantuan air putih akan mempermudah kerja saluran urine. Kekurangan minum menyebabkan ginjal mengalami pembengkakan. Gejala yang timbul yakni terasa sakit di bagian pinggang atau demam.
Penanganan gejala itu bisa dilakukan. Ia mengatakan, dalam mengatasi pembengkakan khususnya, bisa menggunakan obat herbal dan banyak minum. “Pembengkakan ginjal pun akan teratasi,” ujarnya. Sebaliknya, jika pembengkakan kian parah, bisa berubah menjadi infeksi. Efeknya juga terasa pada saluran urine.
Metode pengobatan terhadap hal itu hampir serupa, yakni membuat ramuan herbal dari biji kelabet (trigonela foenum graecum), bunga camomile (anthemis nobilis), serta bunga lembayung (exacum affine). Ramuan itu digosokkan ke pinggang pasien sampai terasa hangat.
Ia lantas mengungkap penyebab lain gangguan ginjal. Dalam hal ini sakit gula atau diabetes. Al Akhawayni menyebutnya dawarrah, sementara dokter legendaris Ibnu Sina memberi sebutan aldulab.
Di sisi lain, kitab yang ditulis al-Akhawayni ini menyajikan daftar panjang resep dan ramuan obat bagi penanganan sakit ginjal, mulai dari mengatasi pembengkakan, rasa nyeri, batu ginjal, dan lainnya. Beberapa resep dan tanaman obat diambil dari teknik pengobatan Yunani, India, dan Cina.