Rabu 23 Sep 2020 04:42 WIB

Jakarta PSBB tapi Corona di Atas 1.000, IDI: Justru Bagus

Banyak pasien dites PCR dan positif Covid-19 setelah dikarantina, kemudian sembuh.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Petugas medis memeriksa ruang isolasi darurat di Stadion Patriot Candrabhaga yang disiapkan untuk menjadi fasilitas karantina bagi orang-orang yang menunjukkan gejala Covid-19 di tengah wabah baru virus Corona di Bekasi. (Ilustrasi)
Foto: AP/Achmad Ibrahim
Petugas medis memeriksa ruang isolasi darurat di Stadion Patriot Candrabhaga yang disiapkan untuk menjadi fasilitas karantina bagi orang-orang yang menunjukkan gejala Covid-19 di tengah wabah baru virus Corona di Bekasi. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, Jakarta yang masih mengalami di atas 1.000 kasus baru meski telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), merupakan hal yang baik. Pemprov DKI Jakarta selama melaksanakan PSBB juga banyak melakukan pengetesan spesimen kemudian segera mengetahui siapa yang terkonfirmasi positif dan segera dikarantina untuk memutus penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19).

"Menurut saya bagus sih, karena tes di Jakarta banyak sedangkan provinsi lain tidak terlalu banyak. Karena tesnya banyak, sehingga yang ketemu (positif Covid-19) juga banyak," kata Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban saat dihubungi Republika, Selasa (22/9).

Artinya, dia menambahkan, PSBB tidak berarti kasus Covid-19 di ibu kota turun karena selama periode PSBB, pemerintah DKI Jakarta justru masif melakukan tes pada masyarakatnya. Ia menyebutkan, pemerintah Jakarta memeriksa 5.451 spesimen per hari atau sekitar 22 persen dari total pengetesan tingkat nasional. 

Setelah terkonfirmasi positif, mereka mendapatkan penanganan menjalani karantina isolasi mandiri, baik di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, hotel, atau gedung yang tidak digunakan. "Karantina bertujuan supaya tidak terjadi lagi penularan baru," katanya.