REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk memperketat penguncian wilayah Israel setelah dia mengatakan lonjakan infeksi virus corona mendorong negara itu ke "tepi jurang".
Israel kembali terkunci, yang kedua selama pandemi, pada 18 September. Namun, selama seminggu terakhir, jumlah kasus baru setiap hari telah mencapai hampir 7.000 di antara populasi sembilan juta dan sangat membebani sumber daya di beberapa rumah sakit.
"Jika kita tidak mengambil langkah segera dan sulit, kita akan mencapai ujung jurang," kata Netanyahu dalam sambutan publik kepada kabinet yang bertemu selama sekitar delapan jam, Kamis (24/9).
Pembatasan baru mengharuskan semua bisnis dan tempat kerja, kecuali yang ditunjuk penting, untuk ditutup setidaknya selama dua minggu mulai Jumat (25/9). Daftar tersebut akan dirilis hari ini, menurut pernyataan resmi pemerintah.
Menteri Keuangan Israel Katz dan Gubernur Bank of Israel Amir Yaron keberatan dengan pembatasan baru tersebut, menurut kementerian keuangan, yang memperkirakan kerusakan dari penguncian selama tiga minggu terhadap perekonomian sekitar 35 miliar shekel (sekitar Rp 151 triliun).
Israel sudah berada dalam resesi dan pengangguran di atas 11 persen. Sekolah akan tetap ditutup, tetapi sinagoga akan tetap buka pada Yom Kippur, Hari Pendamaian Yahudi, minggu depan, meskipun jumlah jamaah akan dibatasi. Partai-partai agama dalam pemerintahan koalisi dengan keras menentang penutupan sinagog.
Sebuah survei yang diterbitkan oleh Israel Democracy Institute pada Rabu menunjukkan hanya 27 persen warga Israel yang mempercayai penanganan Netanyahu terhadap krisis virus corona. Ribuan pengunjuk rasa berkumpul setiap minggu di luar kediamannya di Yerusalem untuk menyerukan pengunduran dirinya atas tuduhan korupsi.
Netanyahu telah menolak tuduhan dari para aktivis bahwa aturan penguncian yang lebih ketat, beberapa menunggu persetujuan parlemen, sebagian dimaksudkan untuk menghentikan demonstrasi ini. Sejak wabah dimulai, 1.316 orang telah meninggal di Israel dan sekitar 200 ribu kasus virus corona telah dilaporkan. Gelombang kedua infeksi saat ini terjadi menyusul pelonggaran pembatasan pada Mei dari penguncian yang diberlakukan pada Maret.