REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid*
Selama berada diisolasi di Wisma Atlet, banyak rekan yang bertanya kepada saya, apa saja kegiatan saya selama 11 hari disana. Saya jawab hampir waktu saya, saya habiskan di dalam kamar.
Lha? namanya isolasi diri, meski di lingkungan yang sama-sama positif Covid-19, tidak berarti kita kemudian leluasa ke sana ke mari. Pesan seorang tenaga medis kepada saya ketika awal saya tiba di Wisma, meski sama-sama positif kekebalan orang berbeda-beda mbak.
Ia mengatakan kepada saya, bisa jadi virus di tubuh kita sudah melemah seiring waktu karena imun yang kuat. Jadi akan lebih baik, kurangi berinteraksi terlalu intens dengan pasien lain, yang kita tidak tahu apakah virus dalam tubuhnya masih aktif menularkan.
Karena itu, kegiatan harian saya di Wisma Atlet, pagi, diawali dengan melakukan pemeriksaan rutin sekitar pukul 06.00 WIB, biasanya mengecek tekanan darah, nadi, saturasi, keluhan, dan mendapatkan obat. Setelah itu mengambil kotak makanan yang tersedia untuk pasien di depan ruang perawat.
Setelah itu biasanya saya dan juga teman-teman lainnya kembali ke kamar masing-masing. Baru sekitar pukul 08.00 WIB hingga 09.00 WIB, penghuni tiap tiap kamar mulai beraktifitas, ada yang olahraga ringan, lari pagi, berjemur di sinar matahari.
Di tower tujuh tempat saya isolasi, tersedia jogging track di lantai 12 dan 16. Kalau saya memilih di lantai 16 dan pagi hari karena biasanya pagi belum begitu ramai. Lari kecil beberapa putaran sudah membuat badan keringat, ditambah matahari yang langsung mengenai badan.
Kalau teman yang lain, ada juga senam kebugaran jasmani (SKJ) bersama, ada yang duduk-duduk sambil berjemur, atau jalan santai di sekitar lokasi. Meski begitu, semua pasien tetap menggunakan masker, menjaga jarak antar masing masing
Selesai berolahraga, biasanya masing-masing penghuni kembali ke kamar masing-masing. Tidak ada kegiatan khusus, kecuali inisiatif masing-masing penghuni kamar.
Kalau saya, tentu saja balik ke kamar, membasuh diri lalu mencuci baju dan bersih bersih kamar sendiri. Praktis di Wisma Atlet, semua dilakukan sendiri, termasuk membersihkan kamar, pakaian, tanggung jawab masing-masing penghuni.
Barulah ketika waktu menjelang siang, biasanya pukul 12.00 WIB, grup Whatsapp dari perawat lantai mengabari jika jadwal pemeriksaan telah tiba, dan makanan siang sudah tersedia, para penghuni baru keluar dari kamar.
Begitu setelah selesai pemeriksaan, kembali ke kamar, hingga tiba waktu pemeriksaan sore. Kalau ditanya apa hiburannya, selama isolasi, suara ondel ondel dari lingkungan sekitar Wisma Atlet Kemayoran dan suara puji-pujian atau shalawat yang berasal dari pengeras masjid sekitar Wisma Atlet Kemayoran.
Saya masih ingat betul, suara ondel ondel khas betawi memecah suasana kesunyian dari kamar yang berada di lantai 24 itu. Berhari-hari di kamar bercat putih, kira kira ukuran 3×5, praktis aktifitas hanya di kamar menikmati hiburan di ponsel.
Jika bosan, biasanya saya berdiri di depan jendela kamar, sambil melihat pemandangan sekitar, atap rumah penduduk di sekitar Wisma Atlet Kemayoran.
Jika beruntung, terdengar suara khas musik ondel ondel yang seliweran di sekitar Wisma Atlet. Meski nampak sederhana, bagi saya, suara itu menjadi hiburan untuk memecah kesunyian disana.
Lalu, biasanya menjelang sore menuju Magrib, terdengar suara shalawatan atau bacaan Alquran dari masjid di sekitar Wisma Atlet. Meski suara berasal dari beberapa masjid-masjid sekitar, namun tetap terdengar harmoni yang membuat perasaan saya tenang kala itu. Suara-suara itu juga yang makin menguatkan saya untuk tetap semangat pulih.